Dominus Vobiscum


Deinde, iunctis manibus ante pectus, incipit Antiphonam:
S. Introíbo ad altáre Dei.
M. Ad Deum, qui lætíficat iuventútem meam.
Postea alternatim cum Ministris dicit sequentem
Ps. 42, 1-5.
S. Iúdica me, Deus, et discérne causam meam de gente non sancta: ab hómine iníquo et dolóso érue me.
M. Quia tu es, Deus, fortitudo mea: quare me reppulísti, et quare tristis incédo, dum afflígit me inimícus?
S. Emítte lucem tuam et veritátem tuam: ipsa me deduxérunt, et adduxérunt in montem sanctum tuum et in tabernácula tua.
M. Et introíbo ad altáre Dei: ad Deum, qui lætíficat iuventútem meam.
S. Confitébor tibi in cíthara, Deus, Deus meus: quare tristis es, ánima mea, et quare contúrbas me?
M. Spera in Deo, quóniam adhuc confitébor illi: salutáre vultus mei, et Deus meus.
S. Glória Patri, et Fílio, et Spirítui Sancto.
M. Sicut erat in princípio, et nunc, et semper: et in saecula sæculórum. Amen.
Sacerdos repetit Antiphonam:
S. Introíbo ad altáre Dei.
M. Ad Deum, qui lætíficat iuventútem meam.
Signat se, dicens:
V. Adiutórium nostrum http://www.divinumofficium.com/www/missa/cross1.gifin nómine Dómini.
R. Qui fecit coelum et terram.
Deinde iunctis manibus profunde inclinatus facit Confessionem.
Confíteor Deo omnipoténti, beátæ Maríæ semper Vírgini, beáto Michaéli Archángelo, beáto Ioánni Baptístæ, sanctis Apóstolis Petro et Paulo, ómnibus Sanctis, et vobis, fratres: quia peccávi nimis cogitatióne, verbo et opere: Percutit sibi pectus ter, dicens: mea culpa, mea culpa, mea máxima culpa. Ideo precor beátam Maríam semper Vírginem, beátum Michaélem Archángelum, beátum Ioánnem Baptístam, sanctos Apóstolos Petrum et Paulum, omnes Sanctos, et vos, fratres, orare pro me ad Dóminum, Deum nostrum.
M. Misereátur tui omnípotens Deus, et, dimíssis peccátis tuis, perdúcat te ad vitam ætérnam.
Sacerdos dicit:
S. Amen,
et erigit se. Deinde Ministri repetunt Confessionem: et ubi a Sacerdote dicebatur vobis, fratres, et vos, fratres, a Ministris dicitur tibi, pater, et te, pater.
M. Confíteor Deo omnipoténti, beátæ Maríæ semper Vírgini, beáto Michaéli Archángelo, beáto Ioánni Baptístæ, sanctis Apóstolis Petro et Paulo, ómnibus Sanctis, et tibi, pater: quia peccávi nimis cogitatióne, verbo et opere: mea culpa, mea culpa, mea máxima culpa. Ideo precor beátam Maríam semper Vírginem, beátum Michaélem Archángelum, beátum Ioánnem Baptístam, sanctos Apóstolos Petrum et Paulum, omnes Sanctos, et te, pater, orare pro me ad Dóminum, Deum nostrum.
Postea Sacerdos, iunctis manibus, facit absolutionem, dicens:)
S. Misereátur nostri vestri omnípotens Deus, et, dimíssis peccátis nostris vestris , perdúcat nos vos ad vitam ætérnam.
R. Amen.
Signat se signo crucis, dicens:
S. Indulgéntiam, http://www.divinumofficium.com/www/missa/cross1.gifabsolutionem et remissiónem peccatórum nostrórum tríbuat nobis omnípotens et miséricors Dóminus.
R. Amen.
Read More …

Uskup Antiokia, Bapa Gereja perdana Pesta: 17 Oktober

Santo Ignatius adalah Uskup Antiokia pada akhir abad pertama. Dia menggunakan "Theophorus" yang berarti "pembawa Allah" sebagai nama belakangnya, dan dia hidup sesuai dengan namanya tersebut.
Menurut biografinya yang paling awal, St.Ignatius awalnya bukan seorang Kristen, dan dia masuk Kristen dan menjadi murid Rasul Yohanes. Kisah sejarah abad ke-4 menuliskan bahwa Ignatius melayani sebagai Uskup Antiokia selama empat puluh tahun, setelah diangkat disana oleh Rasul Petrus dan Paulus. Antiokia adalah salah satu dari pusat komunitas Kristen perdana yang paling penting (lihat Kisah 11:26) dan mengaku bahwa St.Petrus sendiri sebagai Uskupnya yang pertama.
Kita nyaris tidak tahu apa-apa tentang tindakan-tindakan Uskup Ignatius sewaktu dia menjabat sebagai uskup. Pekerjaannya yang terbesar dikerjakannya sewaktu dia digiring untuk dieksekusi di Roma dalam perjalanan yang panjang "membawa Allah" kepada umat dan gereja-gereja di Asia Kecil.
St.Ignatius dihukum mati selama penindasan dalam masa pemerintahan Kaisar Trajan (98-117). Ketika penindasan berlangsung, Trajan sendiri tidak terlalu ambisius atau habis-habisan, sehingga para pakar menduga bahwa entah St.Ignatius melakukan suatu hal yang memprovokasi penguasa Roma, atau mungkin dia dihianati oleh kaum bidaah. Tetapi mungkin hal itu tidak perlu. Pamornya saja sudah cukup membuat dia menjadi sasaran. Antiokia adalah sebuah kota Romawi yang penting, dan pada masa itu, kota terpenting kedua di kekaisaran Romawi. Dan Gereja di Antiokia, dengan akar-akar apostolik, sangat dihormati oleh umat Kristen dimana-mana. Sebagai Uskup Antiokia selama 40 tahun, dapat dipastikan bahwa pada masa akhir hidupnya, dia adalah seorang yang sangat terkenal.
Read More …

Pujangga Gereja Pesta: 1 Oktober

Selama 18 bulan terakhir dari penyakit yang dideritanya (April 1896 - wafatnya Oktober 1897), sewaktu dia menjelang ajalnya akibat serangan TBC, Therese (atau Teresa) biarawati Karmelit yang masih muda dari biara di Lisieux, mencoba tetap berkorespondensi dengan sejumlah orang-orang yang dikaguminya selama beberapa tahun pertama masa pengabdiannya di tarekat religius wanita yang paling ketat itu. Seringkali dia tidak dapat memegang pen karena penderitaannya, akan tetapi dia masih dapat melanjutkan karya refleksi autobiografinya dan juga menulis beberapa suratnya yang sangat menyentuh. Salah satu surat tersebut mungkin bisa menjadi indikator mengapa biarawati yang masih muda ini, meskipun tidak memiliki pendidikan teologis secara formal, diangkat menjadi Pujangga Gereja seratus tahun setelah wafatnya, oleh Sri Paus Yohanes Paulus II. Dalam suratnya kepada "saudara" spiritualnya, yaitu imam-misionaris Adolphe Roulland, pada tanggal 19 Maret 1897 (surat nomor 191), dia mengulangi kalimat yang digunakan oleh Pujangga Karmelit lainnya, Yohanes dari Salib: "Yang terkecil dari kasih murni (penekanannya sendiri) adalah lebih berguna bagi Gereja ketimbang segala pekerjaan yang pernah dilakukan....Aku ingin menyelamatkan jiwa-jiwa dan melupakan diriku sendiri bagi mereka. Aku ingin menyelamatkan mereka meskipun setelah aku wafat, maka aku akan berbahagia jika ...anda boleh katakan begini: "Ya Allahku, ijinkanlah saudariku ini pergi untuk membuat supaya Engkau dikasihi."" Therese Lisieux adalah Pujangga Kasih Murni.
Paradoks dari kekudusan jarang sekali tergambarkan seperti dalam kasus sang biarawati muda yang pemalu namun sangat percaya, yang mendedikasikan seluruh hidupnya bagi Allah. Therese yang kontemplatif menjadi Therese sang pelindung misionaris. Therese si bunga kecil yang tulisan-tulisannya diubah oleh saudarinya sendiri, Sr.Agnes, supaya sesuai dengan standar tulisan abad ke-19, dinyatakan dalam tulisan-tulisannya yang masih asli, sebagai sesosok figur yang jauh lebih kuat dan mendalam. Therese gadis sederhana yang tidak pernah mengecap pendidikan teologis menjadi Therese sang Pujangga Gereja. Therese masih terus membawa dampak yang besar bagi Gereja Katolik di abad ke-20 lewat tulisan-tulisannya. Ketika Yohanes Paulus II mengangkatnya sebagai doctor ecclesiae, sebuah babak yang baru dimulai dalam sejarah panjang dari para doctores ecclesiae.
Read More …

Pujangga Gereja
Pesta: 15 Oktober

Kurang dari 20 tahun sebelum Teresa dilahirkan di tahun 1515, Columbus membuka dunia baru bagi kolonisasi orang Eropa. Dua tahun setelah dia dilahirkan, Luther memulai reformasi Protestan. Dari semua inilah Teresa datang menunjukkan jalan dari gejolak di luar sana kepada kedamaian batin.
Ayah Teresa sangat jujur dan taat, tetapi mungkin dia terlalu ekstrim dalam hal ini. Ibunda Teresa menyukai novel romans tetapi karena suaminya menolak buku-buku picisan seperti ini, dia menyembunyikannya dari suaminya. Teresa sendiri menyukai romans. Ayahnya mengajarkan kepadanya untuk tidak berbohong, sementara ibunya memintanya untuk tidak bercerita kepada ayahnya. Teresa mengatakan bahwa dirinya khawatir bahwa apapun yang dilakukannya pasti salah.
Ketika dia berumur 5 tahun dia meyakinkan kakak laki-lakinya bahwa mereka mesti "pergi ke tanah orang Moor di Afrika Utara, dan memohon mereka atas dasar kasih kepada Allah, untuk memancung kepala mereka berdua." Sekitar tahun 1524 sang gadis muda dan kakak laki-lakinya secara diam-diam meninggalkan rumah mereka di Avila untuk berkelana ke tanah-tanah Muslim di Afrika Utara untuk mempersembahkan diri mereka sebagai martir iman. Akan tetapi di atas jembatan di tepi kota mereka dicegat oleh seorang paman yang mengawal mereka kembali ke rumah keluarga besar mereka. Setelah kejadian ini dia menjalani hidup yang biasa-biasa saja walaupun dia yakin dirinya adalah seorang pendosa berat.
Sebagai seorang remaja dia hanya memperhatikan cowok-cowok dan pakaian-pakaian dan bersenda gurau dan memberontak, serupa seperti anak-anak lain seusianya pada jamannya. Ketika dia berusia 16 tahun ayahnya merasa bahwa dirinya lepas kontrol dan lantas mengirimkan ke biara. Pertama-tama dia membencinya, tetapi akhirnya pelan-pelan dia mulai menyukainya, sebagian karena kasihnya yang tumbuh kepada Allah, dan sebagian lagi karena kehidupan biara ternyata lebih lunak ketimbang dibawah asuhan ayahnya.
Read More …

Kalender Liturgi

Artikan situs ini (Translator)

Buku tamu


ShoutMix chat widget

Lokasi Tamu

Mari Berlangganan

GET UPDATE VIA EMAIL
Dapatkan kiriman artikel terbaru langsung ke email anda!
Diciptakan berkat anugerah Allah kepada Tarsisius Angelotti Maria. Diberdayakan oleh Blogger.

Entri Populer

Cari Blog Ini