Dominus Vobiscum

Tampilkan postingan dengan label Bunda Maria. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Bunda Maria. Tampilkan semua postingan

1. Joy In commenting on news events, the Council of Vatican II gave special emphasis on the value of word of approval Maria messenger of God. Unlike what is contained in the biblical stories of similar, clearly anticipated the approval of Mary by the angel: "The Father of mercies willed that the Incarnation of the Word was preceded by the approval of his party, which has been determined to be his mother. Thus, just like old woman to death, now even women who bring life "(Lumen Gentium, No. 56).
Lumen Gentium noted the contrast difference between the behavior of Eve and Mary's behavior, as described by St. Irenaeus: "Eve was beguiled by the words of an angel and thus escape from God after breaking his Word. In turn, conveyed the news to Mary by the words of an angel of joy, and she conceived of God in obedience to His Word. Eve was deceived and fall into disobedience to God; Mary became the defender of the virgin Eve. And as human beings subject to death by a virgin, man was freed by a Virgin and thus offset the virgin's disobedience to compliance with the Virgin ... "(Adv. Haer., V, 19.1).
2. In saying "yes" to the total on the design of God, Mary is fully free in the presence of God. At the same time, he personally felt responsible for mankind, whose future depends on the answer.
God put the fate of all mankind in the hands of a young woman. "Yes" Maria is the basis for the fulfillment of the draft as prepared by God in His love for the salvation of the world.
Catechism of the Catholic Church briefly summarize solid determine the value of the free consent of Mary in the divine plan of salvation. "Virgin Mary with faith and obedience which is free, has worked for human safety. As a representative of the entire human nature he uttered the word `Yes'. By obedience she became the new Eve, the Mother of the people live. "
3. By her actions, Mary reminded each of us will be our responsibility really to accept God's design for our lives. In total obedience to the will of God's salvation as stated in the words of the angel, Mary becomes an example to those who are called blessed by God, because "The blessed are those who hear the word of God and who take care of them" (Luke 11:28). Jesus, in response to a woman from the crowd who claimed his mother as a happy, happiness Maria promulgate the real reason: his obedience to the will of God, which led her to accept the divine motherhood.
In the encyclical "Redemptoris Mater", I show that the new spiritual motherhood, of which Jesus speaks, is primarily about Mary. Really, "Is not Mary who were the first of those who hear the Word of God and do it? And therefore, is not of praise spoken by Jesus to the woman responded to the crowd at first pointed to his mother? "Therefore, in a certain sense Mary proclaimed as the first disciple of her Son and, by example, invite all who believe to respond the grace of God so generously.
Read More …

Sejak Doa Rosario ditata, secara prinsip dan substansial, sebagai doa kepada Kristus dan Penghormatan Surgawi, yaitu, Bapa Kita dan Bunda Maria, doa rosario adalah doa pertama dan menjadi devosi prinsip dari orang2 yang percaya dan telah dilakukan selama berabad-abad, dari jaman para rasul dan para murid sampai sekarang. Namun baru pada tahun 1214 lah, Gereja menerima Doa Rosario dalam bentuknya yang seperti sekarang dan menggunakan metode seperti yang kita pakai sekarang. Doa ini diberikan kepada Gereja oleh St. Dominic, yang telah menerimanya dari Perawan yang Terberkati sebagai hadiah pertobatan orang Albigensian dan para pendosa lainnya.

Doa rosario adalah doa pertama dan menjadi devosi prinsip dari orang2 yang percaya dan telah dilakukan selama berabad-abad, dari jaman para rasul dan para murid sampai sekarang.
Saya akan menceritakan pada anda cerita tentang bagaimana kita menerima Doa Rosario, yang ada di dalam buku yang sangat terkenal: De Dignitate Psalterii, yang ditulis oleh Alan de la Roche yang diberkati. St. Dominic, melihat bahwa dosa orang2 Albigensian sudah sangat berat, pergi menyepi ke hutan di dekat Toulouse, dimana ia berdoa tanpa henti selama tiga hari tiga malam. Selama berdoa ia tidak melakukan apapun kecuali meratap dan melakukan pertobatan yang keras untuk meredakan amarah Tuhan. Ia memohon dengan sangat disiplin dan bersungguh-sungguh, dan akhirnya ia jatuh kedalam kondisi koma. Pada saat inilah Bunda kita menampakkan diri padanya, ditemani oleh tiga malaikat, ia berkata, “Wahai Dominic, apakah engkau tahu senjata apakah yang diinginkan oleh Trinitas yang Kudus untuk dipakai untuk memperbaharui dunia?” “Oh, Ratuku,” jawab St. Dominic, “engkau mengetahui jauh lebih banyak daripada aku, karena engkau selalu berada di dekat Putramu Yesus Kristus untuk menjadi kepala keselamatan bagi kami.”
Read More …


Signum Crucis
[Tanda Salib]
In Nomine Patris, et Filii, et Spiritus Sancti, Amen
Atas nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus, Amin.

Pater Noster
[Bapa Kami]
Pater Noster qui es in caelis,
Bapa Kami yang ada di surga,
Sanctificetur Nomen tuum,
Dimuliakanlah nama-Mu,
Adveniat regnum tuum
Datanglah kerajaan-Mu
Fiat voluntas tua, sicut in caelo et in terra
Jadilah kehendak-Mu, diatas dibumi seperti di dalam surga.
Panem nostrum quotidianum da nobis hodie,
Berilah kami rejeki pada hari ini,
dimitte nobis debita nostra
dan ampunilah kesalahan kami,
Et nos dimittimus debitoribus nostris
seperti kamipun mengampuni yang bersalah kepada kami.
Ne nos inducas in tentationem
Dan janganlah masukkan kami ke dalam percobaan,
Sed libera nos a malo
tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat. Amin.
Read More …

1. Pembukaan
      P        : Ya Allah, bersegeralah menolong aku.
      U        : Tuhan, perhatikanlah hamba-Mu.
      Kemuliaan …. Alleluya
2. Madah
      Maria Bunda tercinta, dengarkan kami semua
      yang bermohon dan berdoa dengan hati yang percaya.
      Bila ditimpa bencana, terancam bahaya dosa
      kami mohon perlindungan agar setia pada Tuhan
      Bila senja hidup tiba dan kami dipanggil Bapa
      kami mohon pertolongan, agar tekun dalam iman
     Dimuliakanlah Bapa bersama Putera dan Roh-Nya
    Yang melimpahkan karunia kepada Bunda Maria.. Amin.

3. Pendarasan Mazmur
      Antifona           : Berbahagialah engkau, ya Perawan Maria, yang mengandung Pencipta semesta alam.
Read More …


Bunda Maria, Perawan yang berkuasa, bagimu tidak ada sesuatu yang tak mungkin, karena kuasa yang dianugerahkan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa kepadamu. Dengan sangat aku mohon pertolonganmu dalam kesulitanku ini, janganlah hendaknya engkau meninggalkan aku, sebab aku yakin engkau pasti dapat menolong, meski dalam perkara yang sulit, yang sudah tidak ada harapannya, engkau tetap menjadi pengantara bagi Puteramu.
Baik keluhuran Tuhan, penghormatanku kepadamu maupun keselamatan jiwaku akan bertambah seandainya engkau sudi mengabulkan segala permohonanku ini. Karenanya, kalau permohonanku ini benar-benar sesuai dengan kehendak Puteramu, dengan sangat aku mohon, o Bunda, sudilah meneruskan segala permohonanku ini ke hadirat Puteramu, yang pasti tak akan menolakmu.
Pengharapanku yang besar ini, berdasarkan atas kuasa yang tak terbatas yang dianugerahkan oleh Allah Bapa kepadamu. Dan untuk menghormati besarnya kuasamu itu, aku berdoa bersama dengan St. Mechtildis yang kau beritahukan tentang kebaikan doa “Tiga Salam Maria”, yang sangat besar manfaatnya itu.
Read More …

Extracts from the address of His Holiness Pope John Paul II to the Plenary Meeting of The Congregatiion for Divine Worship and the Discipline of the Sacraments
(21 September 2001)
2. The Sacred Liturgy, described by Sacrosanctum Concilium as the summit of the Church's life, can never be reduced to a mere aesthetic reality. Neither can it be considered simply as a means to pedagogical or ecumenical ends. Before all else, the celebration of the sacred mysteries is an act of praise to the Triune God's sovereign majesty, and is willed by God Himself. Through the Sacred Liturgy man, personally and collectively, presents himself before God to render thanksgiving, fully conscious that his existence cannot be complete without praising God and doing His will as he strives for the Kingdom which is already present but whose definitive advent is only to be found in the Parousia of the Lord Jesus. Were the Liturgy not to have its effects on life, it would become void and displeasing to God.
3. The celebration of the Liturgy is an act of the virtue of religion which, in keeping with its nature, must be characterised by a profound sense of the sacred. Both the individual and the community must be aware that, in a special way, through the Liturgy they come into the presence of Him who is thrice holy and transcendent. Consequently, the disposition required of them is one that can only flow from that reverence and awe deriving from an awareness of being in the presence of the majesty of Almighty God. Did not God Himself wish to express this when he commanded Moses to remove his sandals in the presence of the burning bush? Was it not because of this same realization that Moses and Elijah did not dare gaze on God facie in faciem.
The People of God require a comportment in their priests and deacons that is completely imbued with reverence and dignity since it allows them to penetrate invisible realities without words or explanations. The Roman Missal, promulgated by Saint Pope Pius V, and the various Eastern Liturgies, contain many very beautiful prayers with which the priest expresses a profound sense of reverence and humility before the Sacred Mysteries. These prayers reveal the very substance of every Liturgy.
A liturgical celebration, at which the priest presides, is an assembly of prayer, gathered in faith to hear the Word of God. Its primary object is to offer to God the living, pure and holy Sacrifice made once and for all time by Jesus Christ on Calvary, and which is rendered present at every Holy Mass celebrated by the Church so as to worship God in spirit and in truth.
Read More …

We normally think of the Lord’s Prayer as the prayer received from God, but the Hail Mary is another such prayer. The difference is that the Lord’s Prayer was received from God: from Our Lord Jesus Christ Himself; whereas the Hail Mary was received indirectly from God: from the Angel Gabriel who brought the annunciation from the Most Holy Trinity, and from St. Elisabeth who blessed the Holy Virgin on the inspiration of the Holy Ghost. The words of the Angel Gabriel began: Hail full of Grace the Lord is with thee, blessed art thou amongst women. The words of St. Elisabeth began: Blessed art thou amongst women and blessed is the fruit of thy womb. She goes on to say: whence is this to me that the mother of my Lord should come to me? Comparing these salutations with our prayer we notice that in our prayer the names Jesus and Mary are added; that the blessing “blessed art thou amongst women” is (on the inspiration of God) repeated in the words of St. Elisabeth; that the words “Mother of my Lord” become in our prayer “Mother of God” (noting that the name Lord refers to God in the Bible).
As St. Louis-Marie Grignon de Montfort remarks in his book The Secret of the Rosary, the Hail Mary is a prayer formulated by God announcing the Incarnation and hence giving unlimited glory to the Blessed Trinity, Our Blessed Lord and the Blessed Virgin. Let us now briefly look at the four parts of the prayer: the forms of address (‘Hail Mary’ and ‘Mother of God’), the Grace possessed by Our Lady, and the petition at the end of the prayer.
Read More …

Pope Leo XIII is known for his development of the social doctrine of the Church, but few people remember that he used to be called the Pope of the Rosary. In an age “when all evils combine to oppress the Church under their weight”, Leo XIII had recourse to a line of action that had born rich fruits in the past, and exhorted a return to the Holy Rosary of St. Dominic and St. Pius V.
This is why in his encyclical of 1st September 1883 he “decrees and orders that throughout the whole Catholic world the following feast of Our Lady of the Rosary be celebrated with a particular piety and with all the solemnities of the cult: from 1st October to 2nd November at least five decades of the Rosary are to be recited piously in all parish churches followed by the Litanies of Loretto.“ In a declaration of 24th December 1883 the Holy Father expressed his joy that the Catholic people had everywhere been so obedient to his orders. He asked for perseverence in this practice. On 30th August 1884 he renewed for the month of October the prescriptions of the previous year. “Since the attack by the enemies of Christianity is unrelenting, the constancy and energy of the defenders should be no less vigorous…”
Read More …

Mary, model of contemplation
10. The contemplation of Christ has an incomparable model in Mary. In a unique way the face of the Son belongs to Mary. It was in her womb that Christ was formed, receiving from her a human resemblance which points to an even greater spiritual closeness. No one has ever devoted himself to the contemplation of the face of Christ as faithfully as Mary. The eyes of her heart already turned to him at the Annunciation, when she conceived him by the power of the Holy Spirit. In the months that followed she began to sense his presence and to picture his features. When at last she gave birth to him in Bethlehem, her eyes were able to gaze tenderly on the face of her Son, as she “wrapped him in swaddling cloths, and laid him in a manger” (Lk2:7).
Thereafter Mary's gaze, ever filled with adoration and wonder, would never leave him. At times it would be a questioning look, as in the episode of the finding in the Temple: “Son, why have you treated us so?” (Lk 2:48); it would always be a penetrating gaze, one capable of deeply understanding Jesus, even to the point of perceiving his hidden feelings and anticipating his decisions, as at Cana (cf. Jn 2:5). At other times it would be a look of sorrow, especially beneath the Cross, where her vision would still be that of a mother giving birth, for Mary not only shared the passion and death of her Son, she also received the new son given to her in the beloved disciple (cf. Jn 19:26-27). On the morning of Easter hers would be a gaze radiant with the joy of the Resurrection, and finally, on the day of Pentecost, a gaze afire with the outpouring of the Spirit (cf. Acts 1:14).
Read More …

Malaikat Tuhan
Doa ini dibawakan pada pagi (pukul 06.00), siang hari (pukul 12.00), dan petang (pukul 18.00) di luar Masa Paskah

Maria diberi kabar oleh malaikat Tuhan,
bahwa ia akan mengandung dari Roh Kudus.
Salam Maria...

Read More …


“Akulah hamba Tuhan. Terjadilah padaku menurut perkataanmu,” ucap Maria kepada malaikat Gabriel yang diutus oleh Tuhan kepadanya untuk mewartakan bahwa ia diberikan kehormatan untuk menjadi bunda dari Sang Ilahi. Pemasrahan diri kepada kehendak Allah menjadi salah satu karakteristik khas Maria yang menjadi teladan bagi seluruh umat Katolik, terutama bagi mereka yang membaktikan diri di bawah panji St. Maria, baik dalam hidup religius membiara atau tidak membiara, seperti yang dilakukan oleh rekan-rekan seiman yang tergabung dalam persatuan Legio Maria.
Read More …

Jadwal Bulan Rosario 2011 :
1. Misa pembukaan : 
    Hari/tanggal         : Sabtu, 1 Oktober 2011
    Waktu                 : 10.00 WIB
    Tempat                : Kapel Hati Kudus Yesus, RS St. Carolus Borromeus
    Catatan :
    Misa diawali dengan doa rosario

Read More …

Iman Kristiani tidak meragukan bahwa Yesus menjelma menjadi manusia oleh kuasa Roh Kudus di dalam rahim Maria, tanpa keterlibatan benih dari laki- laki. Lahirnya Kristus dari seorang perawan, menjadi salah satu tanda ke-Allahan Yesus, sebab tidak pernah ada dalam sejarah manusia, seorang manusia lahir dari seorang perawan tanpa campur tangan benih laki- laki. Namun selanjutnya timbul pertanyaan apakah pada saat dan setelah melahirkan Bunda Maria tetap perawan?
Gereja Katolik mengajarkan bahwa Maria tetap perawan, sebelum, pada saat dan sesudah melahirkan Yesus. Walaupun tidak dinyatakan secara eksplisit dalam Kitab Suci, namun hal ini dapat diketahui setidaknya melalui beberapa prinsip ini:

Read More …


Salam Maria, penuh rahmat, Tuhan sertamu.

Terpujilah engkau di antara wanita dan terpujilah buah tubuhmu, Yesus.

Santa Maria, Bunda Allah, doakanlah kami yang berdosa ini,

sekarang dan waktu kami mati.

Amin.

Corpus Dómini nostri Jesu Christi custódiat ánimam meam in vitam ætérnam

(Semoga Tubuh Tuhan kita Yesus Kristus menjagai jiwaku untuk kehidupan kekal. Amin.)

Ucapan ini diucapkan oleh imam pada saat berdoa sesaat sebelum ia menerima Tubuh Kristus untuk masuk ke dalam tubuhnya sebagai suatu santapan rohani. Ucapan yang sama juga diucapkan imam pada saat akan memberikan Tubuh Kristus kepada umat pada saat komuni dalam ritus Missa Forma Ekstraordinaria (Tridentine Latin Mass). Ucapan yang cukup singkat, namun jika ditilik secara lebih mendalam memiliki suatu makna yang berlimpah dalam kesederhanaan kata-kata yang terbingkai dalam kalimat tersebut.

Bagian yang pertama yang patut dan memang selayaknya untuk menjadi fokus perhatian ialah pengakuan iman kita pada Kristus, yakni memang yang kita sambut adalah Tubuh Kristus sendiri. Kristus yang adalah Allah yang Mahakuasa, Awal dan Akhir dari segala sesuatu, rela meninggalkan kodrat ilahi-Nya untuk menjadi santapan rohani bagi manusia dan dengan demikian Ia mencapai suatu persatuan yang tertinggi dengan manusia, umat-Nya. Karena dengan persatuan sebagai santapan rohani manusia, akan terjadi peleburan dan penyatuan jiwa antara Pencipta dan ciptaan, antara yang mengasihi dan yang dikasihi dan dengan demikian turut tercapai pula maksud dari semua tindakan penebusan yang sejak semula diharapkan untuk turun atas manusia yakni terjalinnya persatuan yang luhur antara Allah dan manusia.



Kenapa dibutuhkan persatuan antara Allah dan manusia?

Sudah terjadi sejak awal segala sesuatu, bahwa manusia berasal dari Allah dan pada hakikatnya berada dalam persatuan Ilahi dengan Allah. Suatu persatuan, yang pada akhirnya dirusak oleh hasrat manusia yakni hasrat keingintahuan dan ketidakpuasan atas segala sesuatu, akhirnya rusak pada saat Hawa termakan oleh godaan ular di Taman Eden dan memakan buah dari pohon terlarang dan dengan demikian juga memberikannya kepada Adam, pasangannya. Relasi yang tercipta antara Adam-Hawa dengan Allah sebelum terjadinya peristiwa Taman Firdaus ini, menunjukkan kepada kita betapa indahnya persatuan yang tercipta, bagaimana Allah sendiri memberikan kepada manusia kuasa atas seluruh ciptaan, pendamping, dan rumah serta segala hal yang berlimpah. Allah senantiasa menyertai mereka sepanjang waktu dan di tengah segala kesibukan Allah mengurus alam semesta yang maha luas, Allah masih sempat untuk bercengkerama dengan mereka dan bahkan Allah, dalam kasih-Nya yang begitu besar kepada Adam yang dilihat-Nya sendiri, tanpa pasangan, kemudian memberikan kepadanya seorang pasangan, yang disebutnya sebagai 'daging dari dagingku, dan darah dari darahku". Namun persatuan yang indah ini dirusak oleh hasrat ketidakpuasan manusia akan segala sesuatu yang ada dan ditambah lagi oleh godaan sang ular, sehingga persatuan ini pun rusaklah.

Namun sekali lagi, karena kasih Allah yang tanpa batas dan kerinduan Allah untuk bersatu kembali dengan manusia, ciptaan-Nya yang paling agung dan Ia kasihi, maka sudah sejak zaman Perjanjian Lama, Ia menjanjikan kepada manusia seorang Penebus yang akan memperbaiki hubungan yang telah rusak ini dan membawa kembali manusia kepada persatuan dengan Allah. Suatu persatuan ilahi yang penuh kasih, yang telah rusak oleh dosa yang sedemikian kelam dan jahatnya, harus diperbaiki kembali. Bukan perkara yang mudah untuk memperbaiki hubungan ini karena melibatkan dua pribadi adikodrati yang berada jauh di luar jangkauan manusia yakni Allah Yang Mahakuasa dengan perusak hubungan itu sendiri, yakni Sang Jahat. Maka untuk mampu mengatasi kerusakan hubungan ini, diperlukan sosok yang memiliki kualitas kasih adikodrati yang jauh melebihi siapa saja. Sosok yang mampu mengatasi segala kejahatan, kelemahan, dan keburukan yang ada dengan kasih yang tulus, murni, tanpa batas. Ya, memang hanya Allah yang memiliki kepribadian seperti ini, karena hanya Ia lah yang mampu untuk mengasihi sedemikian rupa. Oleh karena itu, Ia mengutus diri-Nya sendiri dalam rupa seorang Putera, Anak Manusia, untuk turun ke dunia.

Kehadiran Putera Allah ke dalam dunia, dalam masa sekitar 30 tahun hidup-Nya, memberikan gambaran baru bagi dunia. Kehadiran-Nya memberikan gambaran bagi dunia bagaimana jalan yang seharusnya ditempuh untuk menjalin kembali hubungan yang baik dengan Allah. Allah tidak mempersoalkan dosa yang telah dibuat oleh manusia jika manusia bersedia kembali kepada-Nya dengan sungguh-sungguh dan tulus, murni. Dengan alasan yang demikian pulalah, yang turut menjadikan Ia bersedia untuk turun dari hadirat di surga tinggi hanya demi merangkul manusia, makhluk yang paling dikasihi-Nya.

Berbagai dimensi kehidupan yang disajikan oleh Kristus semasa hidup-Nya akhirnya harus berakhir secara jasmani, di kayu salib di tempat yang diyakini bernama Bukit Golgota, tempat yang pada masa tersebut merupakan suatu tempat penyaliban bagi orang-orang yang dianggap memiliki kesalahan amat besar sehingga layak untuk mendapatkan suatu penyaliban.

Konteks penyaliban yang terjadi pada masa akhir hidup jasmani Yesus perlu dilihat bukan sebagai suatu hal yang memilukan atau memalukan bagi kita, umat beriman. Memang, pada awalnya, jika seseorang menyandang status sebagai orang yang tersalib, maka kepadanya dilekatkan status sebagai pihak yang amat jahat dan tidak layak untuk menjadi bagian dari suatu masyarakat. Tapi apa yang dialami oleh Yesus, adalah suatu hal yang jauh berbeda dari konteks pada masa tersebut. Penyaliban Yesus lebih dikarenakan oleh hasrat manusia sendiri. Manusia yang tidak puas akan kehadiran sesosok pria yang mampu menghadirkan nuansa baru kehidupan berelasi dengan Allah dalam kasih yang tulus murni, di tengah keganasan segala intrik dan tipu daya dunia untuk mencampuradukkan kehidupan kasih ilahi Allah dan manusia dengan segala kebusukan dunia. Ketidakpuasan ini mendorong segala pihak yang tidak menyukai kehadiran Kristus untuk berakhir pada suatu kesimpulan, yakni pemusnahan Kristus dengan penyaliban-Nya. Namun, sungguhpun penyaliban ini benar-benar terjadi, apa yang terjadi selanjutnya bukan menjadi apa yang diharapkan oleh mereka yang menyalibkan-Nya.

Penyaliban Kristus membawa suatu dimensi baru lagi bagi manusia. Kristus, Anak Domba Paskah, telah dikurbankan di kayu salib. Dari kayu salib, darah-Nya yang kudus tercucur bagi dunia dan di atas kayu yang sama, tubuh-Nya terentang antara langit dan bumi, selayaknya kurban yang ditadahkan oleh seorang imam kepada Allah sebagai kurban pelunas dosa. Inilah Ekaristi nyata yang terjadi di tengah publik, setelah penetapan Perjamuan Ekaristi yang sebelumnya ditetapkan oleh Kristus sendiri pada saat berkumpul dengan para murid.

Sakramen Ekaristi Mahakudus yang sama sejak penyaliban

Berkat penyaliban, kepada dunia telah diberitahukan satu hal yang sama yakni inilah Ekaristi, saat ketika Kristus mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada dunia demi kurban pelunasan dosa. Sakramen inilah yang kita imani bersama sejak dari masa penyaliban sampai sekarang dan selama-lamanya dan atas perintah kasih dari Sang Terkasih jugalah, kita mengulanginya dalam setiap Misa Kudus. Misa Kudus yang senantiasa kita persembahkan kepada Allah, setiap suatu periode tertentu, bukan sekadar suatu peringatan atau ritual biasa yang mampu dilakukan oleh siapa saja. Kurban Misa ini berasal dari Allah, sehingga yang mampu melakukannya sebenarnya hanya Allah sendiri, namun sekali lagi karena karunia Allah yang begitu besar kepada manusia, sehingga Ia berkenan untuk memberikan rahmat imamat suci surgawi kepada para imam-Nya sehingga mereka dapat dengan lebih luas mewartakan kabar keselamatan kepada seluruh ciptaan di seluruh semesta. Para imam mendapatkan kesempatan emas yang sangat sulit didapatkan yakni kesempatan untuk mendapatkan tangan Allah sendiri melekat dengan tangan mereka pada saat mereka memberkati siapa saja, terutama pada saat mempersembahkan kurban Misa. Merekalah pihak yang paling dekat dengan Allah baik secara fisik maupun jiwa karena kepada mereka telah diberikan rahmat yang diberikan oleh Kristus sendiri, yakni rahmat persatuan pribadi dengan Kristus, sang Imam Surgawi, untuk turut mengambil bagian dalam misteri pengurbanan agung Sang Raja Surgawi.

Misa Kudus, kehadiran hadirat Ilahi

Dalam Misa Kudus, kita mengenangkan kembali peristiwa penebusan yang telah dilakukan oleh Kristus di atas kayu salib. Dalam Misa Kudus tersebut pula, Allah sungguh-sungguh hadir di tengah-tengah kita. Kehadiran Kristus bukan hanya pada saat konsekrasi Roti dan Anggur, tetapi bahkan sejak kita mempersiapkan diri berangkat dari tempat awal kita menuju Gereja/kapel. Kristus yang sama, membantu kita untuk mempersiapkan diri untuk menyambut diri-Nya yang akan dipersembahkan dalam Misa Ekaristi Kudus. Oleh karena itu, kita perlu membina kesigapan hati untuk menyadari kehadiran Kristus yang agung ini.Kehadiran Kristus itu pulalah yang mengharuskan kita untuk memberikan penghormatan yang selayaknya kepada Allah Tuhan kita. Suatu persiapan batin yang layak dan cukup diperlukan agar diri kita, baik jiwa maupun raga, sanggup untuk menerima kehadiran Kristus secara utuh dalam diri kita. Persiapan batin dalam Misa Kudus, dilakukan sebelum Misa Kudus dimulai, melalui untaian doa dan pengosongan diri dari segala hasrat dunia yang mampu mengganggu persatuan kita dengan Allah. Persiapan batin yang cukup ini bisa kita raih, sekali lagi dengan bantuan dari Allah yang Maha Pengasih. Bantuan dan pendampingan yang kita dapatkan, berupa pendampingan dari Bunda Putera-Nya sendiri. Bunda Allah senantiasa hadir dalam setiap Misa Kudus yang dipersembahkan bagi Putera-Nya. Bunda kita akan membantu kita untuk mempersiapkan hati supaya mampu setidaknya untuk menampung satu tetesan rahmat kerahiman Ilahi yang akan tercurah begitu derasnya pada saat Misa Kudus berlangsung, agar jiwa kita mampu memahami Kristus yang sungguh hadir dalam Misa Ekaristi Agung dan memahami makna pengurbanan dan penebusan yang sesungguhnya dari misteri penyaliban Agung.

Bersama-sama dengan Maria, pendarasan doa Rosario Suci St. Perawan Maria, akan sangat membantu kita dalam memahami makna Misa Kudus dan merenungkan peristiwa mulia ini. Karena seluruh isi Kitab Suci berpusat pada Kristus, dirangkum dalam Rosario Suci, dan berpuncak pada perayaan misteri agung penebusan Ilahi pada Misa Kudus. Setiap bulir yang mengalir membantu kita dalam menyucikan hati dari segala hal yang mengusik kita dari persatuan kita dengan Allah. Dengan Rosario Suci St. Perawan Maria, setiap insan diajak untuk memahami Kristus melalui Bunda-Nya yang maha lembut dan pengasih.

Sungguh suatu rahmat Ilahi yang begitu besar dicurahkan kembali kepada seluruh ciptaan dengan dianugerahkannya Bunda Ilahi, kepada seluruh ciptaan. Manusia yang penuh akan kelemahan dan kerapuhan, diangkat Allah untuk menjadi Bunda Putera-Nya.

Ya, memang, manusia rapuh, tapi di tengah kerapuhan itulah Allah mencintai kita karena memang sesungguhnya cinta yang sejati timbul bukan dari kelebihan tetapi dari kekurangan.

Cinta yang sejati, tulus, murni diberikan oleh Allah kepada kita,

cinta agung yang bahkan membuat Allah sendiri harus turun ke tengah-tengah kita dalam rupa seorang Putera,

pantaskah kita untuk membalas cinta ini dengan tindakan-tindakan kita yang tiada pantas?

tindakan-tindakan yang menghilangkan situasi batin yang tidak layak dalam mempersiapakan diri menyambut Misa?tindakan-tindakan daging yang menghilangkan hadirat Ilahi dalam setiap Misa Agung?

O, betapa mulia nama-Mu ya Tuhan di seluruh penjuru bumi,

betapa agung dan luhur kasih-Mu kepada kami,

tetapi betapa rendah balasan yang kami berikan kepada-Mu...

Ya Tuhan, yang Maha Pemurah dan Maha Pengasih...

bukalah lebar-lebar pintu kerahiman Hati Kudus-Mu kepada kami,

sucikanlah kami dengan kasih-Mu sehingga kami dapat memahami dengan lebih layak kehadiran-Mu dalam setiap Misa Kudus-Mu...

Doakanlah kami, ya Santa Bunda Allah

supaya kami dapat menikmat janji Kristus.

Kemuliaan kepada Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus

seperti pada permulaan, sekarang, selalu, dan sepanjang segala abad.

Amin.




Read More …

Kalender Liturgi

Artikan situs ini (Translator)

Buku tamu


ShoutMix chat widget

Lokasi Tamu

Mari Berlangganan

GET UPDATE VIA EMAIL
Dapatkan kiriman artikel terbaru langsung ke email anda!
Diciptakan berkat anugerah Allah kepada Tarsisius Angelotti Maria. Diberdayakan oleh Blogger.

Entri Populer

Cari Blog Ini