Rangkaian dari tulisan ini merupakan opini pribadi dari penulis sehingga bukan merupakan suatu tanggapan resmi tentang Gereja Katolik beserta segala materi yang terkait di dalamnya. Oleh karena itu, tulisan ini sebaiknya dianggap sebagai masukan dan saran. Apabila para pembaca menemukan suatu kebenaran tentang materi yang saya bawakan dalam kaitannya dengan iman dan liturgi suci, serta Misa Kudus maka saya sendiri akan sangat bersyukur karena membawa Saudara dalam penghayatan iman yang benar dalam persatuan yang sejati dan kekal dengan Bapa Suci sebagai Vikaris Kristus di dunia.
Misa Kudus merupakan suatu momen ketika Allah dan umatnya bertemu dan bersatu dalam suatu upacara kudus. Misa Kudus merupakan anugerah dari Allah dan bukan merupakan ciptaan manusia sehingga pada hakikatnya Misa Kudus adalah suatu bentuk yang baku dan tetap dari masa ke masa. Namun kebakuan yang dimaksud adalah berupa kebakuan makna dan harapan iman yang dikandung dalam iman. Apabila dalam suatu rentang waktu ditemukan kesalahan baik berupa tata cara Misa, tata gerak pelayan sabda atau umat, maupun liturgi maka sangat dimungkinkan diberikan suatu koreksi yang dapat mengatasi kesalahan atau kekurangan yang terdapat dalam suatu ritus Misa.
Gereja Katolik mengenal beberapa ritus Misa sejak dari masa para Rasul sampai sekarang. Dua ritus Misa Kudus yang cukup terkenal adalah Ritus Misa Usus Antiquior/Missa Forma Ekstraordinaria/Tridentine Latin Mass (TLM)/Misa Latin Tradisional dengan Misa Novus Ordo atau yang lebih akrab dikenal dengan ritus Misa yang dikeluarkan setelah Konsili Suci Vatikan II (1962-1965).