Dominus Vobiscum

Rangkaian dari tulisan ini merupakan opini pribadi dari penulis sehingga bukan merupakan suatu tanggapan resmi tentang Gereja Katolik beserta segala materi yang terkait di dalamnya. Oleh karena itu, tulisan ini sebaiknya dianggap sebagai masukan dan saran. Apabila para pembaca menemukan suatu kebenaran tentang materi yang saya bawakan dalam kaitannya dengan iman dan liturgi suci, serta Misa Kudus maka saya sendiri akan sangat bersyukur karena membawa Saudara dalam penghayatan iman yang benar dalam persatuan yang sejati dan kekal dengan Bapa Suci sebagai Vikaris Kristus di dunia.

Misa Kudus merupakan suatu momen ketika Allah dan umatnya bertemu dan bersatu dalam suatu upacara kudus. Misa Kudus merupakan anugerah dari Allah dan bukan merupakan ciptaan manusia sehingga pada hakikatnya Misa Kudus adalah suatu bentuk yang baku dan tetap dari masa ke masa. Namun kebakuan yang dimaksud adalah berupa kebakuan makna dan harapan iman yang dikandung dalam iman. Apabila dalam suatu rentang waktu ditemukan kesalahan baik berupa tata cara Misa, tata gerak pelayan sabda atau umat, maupun liturgi maka sangat dimungkinkan diberikan suatu koreksi yang dapat mengatasi kesalahan atau kekurangan yang terdapat dalam suatu ritus Misa.
Gereja Katolik mengenal beberapa ritus Misa sejak dari masa para Rasul sampai sekarang. Dua ritus Misa Kudus yang cukup terkenal adalah Ritus Misa Usus Antiquior/Missa Forma Ekstraordinaria/Tridentine Latin Mass (TLM)/Misa Latin Tradisional dengan Misa Novus Ordo atau yang lebih akrab dikenal dengan ritus Misa yang dikeluarkan setelah Konsili Suci Vatikan II (1962-1965).

Kedua ritus Misa Kudus ini bukanlah dua jenis ritus yang sama sekali berbeda, tetapi satu sama lain merupakan cara alternatif yang saling melengkapi satu sama lain dalam memenuhi hasrat manusia yang paling luhur untuk bertemu dengan Allah dan upaya dari kaum klerus untuk menghadirkan Allah dan maksud-Nya kepada hadirat manusia walaupun dalam Misa Kudus, Allah sendiri secara nyata hadir dan turut berperan dalam misteri pengenangan peristiwa penebusan tersebut.
Namun, pada bagian dari rangkaian pertama tulisan ini perkenankanlah saya untuk menyampaikan terlebih dahulu akan "kekeliruan" yang terjadi selama Misa Kudus dalam cara alternatif Missa Novus Ordo.
Kekeliruan pertama yang ingin saya hadirkan disini cenderung lebih mengarah kepada penghayatan pribadi imam selebran Misa Kudus. Marilah kita ingat kembali setelah imam menyelesaikan mendoakan Doa Syukur Agung yang pada hakikatnya merupakan doa harapan iman dan kerinduan umat untuk bersatu dengan Allahnya dalam mengenangkan peristiwa iman yang luhur yakni peristiwa keselamatan. Setelah imam selebran Misa Kudus selesai mendoakan Doa Syukur Agung, maka segera setelahnya akan diadakan penerimaan Tubuh Kristus kepada umat dan pelayan sabda yang lain (sementara diantara segera sesudah selesainya Doa Syukur Agung, imam masih mendoakan beberapa doa lagi yang bersifat responsif dengan umat). Sesaat sebelum imam memberikan Komuni Suci kepada umat, maka imam meminum Darah Kristus yang Mulia yang telah dikonsekrir dari rupa anggur biasa (peristiwa ini disebut dengan trans-substantiasi). Sudah selayaknya, mengingat bahwa yang hadir di altar bukan lagi materi fana berupa roti dan anggur, melainkan Tubuh yang Berharga dan Darah yang Mulia dari Tuhan kita Yesus Kristus, imam memberikan penghormatan yang sepantasnya kepada Materi Suci Komuni Kudus ini. Tindakan penghormatan yang dimaksudkan berupa tata gerak imam saat meminum Darah yang Mulia. Sepanjang pengamatan saya dan pengalaman saya sepanjang beberapa kali mengikuti Misa Kudus, para imam cenderung meminum Darah yang Mulia selayaknya Ia tidak mengalami peristiwa konsekrasi terlebih dahulu sehingga seolah-olah hanya merupakan minuman biasa sehingga tindakan imam saat meminumnya tidak jarang seperti meminum minuman biasa bahkan kadang saat meminum Darah yang Mulia, imam selebran masih sempat memperhatikan hal-hal lain dan tidak berfokus pada penyatuan yang sedang terjadi antara dirinya dengan diri Sang Kristus. Sungguh, hal ini bisa dianggap sebagai pelecehan terhadap hadirat Sakramen Maha Kudus walau sebagai manusia, kita tidak berhak untuk menentukan apakah ini termasuk dosa yang ringan atau berat, namun kita pasti semua sepakat bahwa ini memang termasuk tindakan yang sangat tidak hormat atas kehadiran Tuhan dalam Misa. 
Begitupun saat Komuni Suci telah dibagikan kepada umat, beberapa imam selebran masih melakukan meminum sisa Darah yang Mulia yang masih menempel di permukaan piala. Berdasarkan tata Misa Kudus yang dikeluarkan oleh otoritas Takhta Suci, untuk mencapai persatuan yang sempurna antara imam dan Tuhan maka imam harus membersihkan piala dari segala materi hasil konsekrasi baik dari piala maupun dari patena. Oleh karena itu, setelah dilakukan pembagian komuni kepada umat, imam mengambil remah-remah Hosti Kudus yang tersisa dari Komuni dan menyatukannya dengan Darah yang Mulia yang telah dicampur dengan air yang telah diberkati terlebih dahulu untuk kemudian diminum kembali dan sesudahnya dibersihkan sampai benar-benar kering untuk memastikan tidak ada lagi partikel Konsekrasi Agung yang tersisa baik dalam piala maupun dalam patena, serta sibori yang kosong. 
Namun pada saat tersebut, tidak jarang pula imam kembali melakukan kesalahan seperti yang ia lakukan sebelumnya yakni secara tidak hormat meminum Darah yang Mulia dari Kristus Yesus selayaknya ia sedang meminum minuman biasa.
Terkadang timbul rasa kasihan dan iba kepada imam yang melakukan tindakan tersebut, karena ia tidak menyadari bahwa hanya kepadanya Tuhan memberikan kesempatan untuk menyentuh pertama kali Tubuh dan Darah yang Mulia, suatu kesempatan yang bahkan tidak dimiliki oleh Bunda Tuhan itu sendiri. Tetapi karena kecerobohan yang dilakukannya, ia menghilangkan anugerah besar yang terletak secara nyata dan jelas di depan matanya.

Categories:

Leave a Reply

Kalender Liturgi

Artikan situs ini (Translator)

Buku tamu


ShoutMix chat widget

Lokasi Tamu

Mari Berlangganan

GET UPDATE VIA EMAIL
Dapatkan kiriman artikel terbaru langsung ke email anda!
Diciptakan berkat anugerah Allah kepada Tarsisius Angelotti Maria. Diberdayakan oleh Blogger.

Entri Populer

Cari Blog Ini