Salah satu dari penduduk Bethlehem yang paling terkenal adalah Hieronimus. Sebagai seorang mahasiswa dalam bidang kesusasteraan klasik, ia berangkat dari Roma ke Palestina pada tahun 384 M. Ini adalah periode saat banyak orang Kristen mengunjungi Tanah Suci dan banyak di antara mereka memutuskan untuk tinggal di sana. Akibatnya beberapa komunitas monastik didirikan untuk menampung mereka yang ingin tinggal untuk belajar dan berdoa.
Hieronimus memutuskan untuk mendirikan komunitasnya di Bethlehem. dekat dengan Gereja Kelahiran yang didirikan oleh Konstantinus. Banyak orang segera bergabung dengan dia termasuk di antaranya seorang perempuan bernama Paula dengan anak perempuannya, Eustochium. Mereka berdua membantu Hieronimus membangun sebuah komunitas yang berarti dan disegani.
Hieronimus terkenal sebagai penerjemah Perjanjian Lama dari paran Perjanjian Baru ke dalam bahasa Latin (dikenal dengan nama Vulgata yang berarti "populer"). Sebelumnya Gereja Barat hanya mempunyai Kitab Suci dalam bahasa Yunani. Selama tinggal di Bethlehem, Hieronimus mempelajari teks Perjanjian Lama dalam bahasa aslinya, Ibrani, serta berdiskusi dengan para rabi lokal sehingga dia dapat menghasilkan sebuah terjemahan yang benar-benar baru. Karyanya bertahan dalam terjangan waktu dan merupakan versi yang otoritatif bagi Gereja Katolik Roma sampai abad ke 20.
Hieronimus juga menulis komentar atas Kitab Suci serta menerjemahkan ke dalam bahasa Latin beberapa karya utama dari para tokoh yang berasal dari Tanah Suci, seperti Origenes dan Eusebius. Dari karya-karyanya ini (dan juga dari surat-suratnya), kita mendapatkan gambaran yang tepat mengenai Palestina pada periode dia hidup. Dalam salah satu suratnya, Epistle 108, Hieronimus menggambarkan perjalanan Paula berziarah mengunjungi "tempat-tempat suci" yang berkaitan dengan karya publik Yesus. Ia juga mendorong sahabat-sahabatnya untuk mengunjungi Tanah Suci. Akan tetapi, kepada sahabat yang lain, dia justru menghalangi mereka yang mau datang dengan meyakinkan bahwa dengan berada di Bethlehem tidak membuat mereka lebih dekat dengan Allah dibandingkan saat mereka berada di "pulau-pulau Inggris yang jauh", "jalan masuk ke surga sama mudahnya dari Inggris dan dari Yerusalem" (Epistle 58).
Mereka yang mengunjungi gua yang berdekatan dengan Gua Kelahiran dapat melihat tempat yang dianggap tempat Hieronimus belajar. Meskipun tidak seluruhnya benar, bukan tidak mungkin bahwa kadang-kadang Hieronimus bekerja di tempat itu. Bagi mereka yang menerima bahwa Kitab Suci adalah "Firman Allah", tentu ada kesan tertentu jika membayangkan bagaimana Hieronimus mengerjakan terjemahan dari "Firman" ini di tempat yang berdekatan dengan tempat kelahiran Yesus, yang oleh Injil Yohannes disebut "Firman yang bersama-sama dengan Allah" (Yoh 1:1)
Hieronimus juga menulis bahwa Paula "dimakamkan di bawah basilika di samping gua Tuhan". Paula juga sudah merencanakan tempat untuk pemakaman Hieronimus. Makam mereka sudah tidak tampak lagi; tetapi makam tersebut pastilah di sekitar tempat itu, di dekat gua tersebut. Mereka dimakamkan sedekat mungkin dengan tempat kelahiran dari Dia yang mereka akui sebagai Tuhan mereka.
Sumber : In the Steps of Jesus, by Peter Walker
Categories:
Renungan - Wawasan