Dominus Vobiscum



Alam semesta - Ekaristi

Sakramen Mahakudus merupakan wujud tertinggi pengorbanan Tuhan bagi manusia dengan meninggalkan status keilahian dan menjadika diri-Nya santapan bagi manusia demi mencapai penyatuan sempurna dengan ciptaan-Nya. Penyatuan yang begitu agung, indah, semarak, dan intim terjadi sejak Tubuh Tuhan kita masuk dalam tubuh duniawi kita. Ia meresap dalam setiap sel kita, memperbaharuinya, dan memberi kita semangat baru, terutama Ia membersihkan bait suci-Nya yakni hati kita agar mampu menerima curahan rahmat kerahiman Allah yang tiada henti. Penyatuan pribadi Allah dan manusia melalui Sakramen Maha Agung ini juga tidak hanya melibatkan Allah dan manusia tetapi juga seluruh alam semesta.

Berawal sejak madah Sanctus dilambungkan, seluruh semesta mulai mempersiapkan diri menyambut Sang Ilahi turun ke dunia untuk bersama-sama mempersembahkan kurban Misa Kudus. Memasuki Kanon (Doa Syukur Agung), seluruh semesta berlutut dan menyatukan hati bersama-sama dengan para gembala Kristus memohon agar Ia yang Maha Kuasa berkenan hadir dan bersatu dengan ciptaan. Seluruh semesta, ya seluruhnya, tanpa terkecuali, turut hadir dalam menyembah Kristus, termasuk mereka yang belum mengenal Kristus dan mereka yang dalam pandangan dunia merupakan orang-orang yang paling buruk dalam kelakuan dan sifat mereka. Ini dikarenakan mereka juga sejak awal mula berasal dari dan milik Kristus maka sebagaimana kawanan domba yang mengenal suara gembalanya dan datang ketika dipanggil, demikian pula seluruh jiwa berkumpul menghadap Sang Gembala dalam Misa Maha Kudus, sebab biarpun fisik tidak tampak namun jiwa turut memuji Ia yang Satu-Satunya Layak Dipuji, Disembah, dan Dimuliakan untuk Selama-Lamanya.
Betapa besar kecemburuan yang dimiliki ciptaan lain ketika melihat Kristus yang Maha Suci berkenan hadir dalam diri manusia yang penuh dosa, perusak ciptaan dan diri mereka sendiri. Bahkan demi mendengarkan Sang Sabda yang diwartakan oleh St. Fransiskus dari Asisi, ikan-ikan muncul ke permukaan air, meninggalkan kehidupan mereka dan rela tubuhnya menderita kering tanpa tersentuh air di sebagian tubuhnya, hanya demi mendengar Sang Sabda yang begitu melimpahnya diwahyukan kepada manusia. Demikian pula dengan seekor keledai, yang menjadi lambang dari kerendahan dan orang-orang lemah, lebih memilih untuk berlutut dan menghormat pada Sakramen Mahakudus yang ditakhtakan dalam monstrans yang dibawa oleh St. Antonius dari Padua daripada memakan sekeranjang penuh rumput segar yang diberikan oleh pada penganut bidaah Albigens setelah dibiarkan tidak makan selama 3 hari. Kehadiran alam semesta yang lebih nyata lagi sebenarnya telah terjadi pada peristiwa Ekaristi kedua yakni ketika Kristus sendiri secara nyata dikurbankan dan darah-Nya ditumpahkan demi kurban pelunasan dosa. Bumi bergetar dengan hebatnya, menangis atas wafatnya Kristus secara ragawi dan marah atas tindakan tidak tahu diri manusia kepada Sang Pencipta. Para kudus keluar dari perut bumi berjalan keluar untuk menunjukkan kepada bangsa manusia apa yang telah sesungguhnya mereka lakukan. Alam semesta, dengan segala kekurangan fisik yang dimilikinya mau dan mampu menunjukkan penghormatan terbaik yang mampu dilakukannya pada Sang Awal dan Akhir dari segala sesuatu. Bagaimana dengan manusia, yang sejak awal dipercaya oleh Allah untuk menjadi penjaga dari alam semesta?

Mari, Sambutlah Sang Raja!

Lihat, telah datang Sang Raja Abadi, datang dari surga mulia demi bersatu dengan kita, ciptaan yang Ia kasihi. Sebagaimana dahulu Ia telah mengosongkan diri dengan mengambil rupa seorang Anak Manusia, maka kini Ia mewujudkan diri dalam bentuk Hosti Maha Kudus dan Darah yang Maha Mulia. Mari, kita sambut Tubuh dan Darah Tuhan kita, Yesus Kristus, yang teramat agung. Segala tindakan yang pantas diperlukan demi menunjukkan betapa kita rindu menyambut dan memuliakan Tuhan dalam diri dan kehidupan kita. Betapa tubuh kita, tidak layak untuk menerima anugerah mulia ini meski jiwa kita sangat merindukannya karena diri kita yang telah dipenuhi oleh dosa yang menyebabkan kotornya diri oleh dosa sehingga tidak pantas untuk menerima kehadiran Tuhan yang Maha Mulia. Karenanya, paling tidak berikanlah dirimu dalam keadaan sebersih mungkin saat menyambut Ia yang mewujud dalam Hosti Maha Mulia. Persiapkanlah batin agar mampu menerima curahan rahmat Ilahi. Sang Bunda Ilahi akan membantu melalui doa Rosario Suci yang ia wariskan kepada kita. Dalam doa Rosario Suci St. Perawan Maria tampaklah Kristus yang selama hidup-Nya menyerahkan diri hanya demi Allah, hal inilah yang diharapkan kita miliki saat menerima Komuni Suci yakni pasrah pada penyelenggaraan Allah sebab inilah "Fiat" kita kepada Allah. Laku tubuh yang layak dan pantas juga harus kita berikan saat menerima Tubuh Yang Maha Mulia. Terimalah anugerah yang maha mulia ini langsung di mulut, bukan di telapak tangan terlebih dahulu kemudian dimasukkan ke mulut. Ini karena Tubuh Tuhan Yang Maha Mulia tidak sepantasnya berada di tempat yang telah kotor dengan berbagai perbuatan dosa. Tubuh Tuhan begitu mulia dan hanya mereka yang telah Ia tahbiskan sendiri sebagai para gembala-Nya yang boleh memegangnya. Memegang Hosti Maha Kudus dan kemudian memasukkannya ke dalam mulut tidak dapat diterima dalam konteks dan dengan alasan apapun terutama demi alasan agar penerimaan Komuni Suci lebih praktis sebab betapa berrdosanya kita bila hanya demi alasan lebih praktis kita rela menjadikan Tubuh Kristus menjadi tidak terhormat dan mengotorinya dengan tangan kita yang penuh dengan dosa dan perbuatan-perbuatan yang tidak pantas untuk bersentuhan dengan Hosti Mulia. Demikian pula, berlututlah saat hendak menerima tubuh Tuhan kita Yesus Kristus, karena dengan berlutut, kita merendahkan diri kita di hadapan Ilahi yang Maha Mulia sebagai pertanda ketidaklayakan kita untuk berada dekat dengan-Nya dan menerima-Nya dalam tubuh kita. Menyambut Tubuh Tuhan dengan berdiri sama halnya dengan menyamakan Kristus dengan manusia dan membuang jauh-jauh keallahan-Nya. Dengan demikian Ia kita jadikan manusia fana yang tidak layak dan tidak pantas utnuk dihormati. Betapa berdosanya kita selama ini dengan membiarkan hal ini terjadi. Kini, maukah kita memperbaikinya?

Categories:

Leave a Reply

Kalender Liturgi

Artikan situs ini (Translator)

Buku tamu


ShoutMix chat widget

Lokasi Tamu

Mari Berlangganan

GET UPDATE VIA EMAIL
Dapatkan kiriman artikel terbaru langsung ke email anda!
Diciptakan berkat anugerah Allah kepada Tarsisius Angelotti Maria. Diberdayakan oleh Blogger.

Entri Populer

Cari Blog Ini