Dominus Vobiscum

9 Oktober 1601. Balatentara Kaisar Roma, Rudolph II, dibawah komando bangsawan Matthias menghadapi pasukan Turki yang jauh lebih besar di luar wilayah Alba Regalis (sekarang disebut Szekesfehervar) di tengah-tengah wilayah dataran di Hongaria. Di dalam kereta yang ditumpangi oleh sang bangsawan adalah seorang pengarah spiritual, yaitu bruder Laurensius dari Brindisi, seorang imam-biarawan Kapucin. Dia telah dikirim oleh Sri Paus Klemen VIII untuk menyebarluaskan pembaruan dalam kaum Kapucin dan memimpin misi terhadap kelompok bidaah-bidaah di Austria dan Bohemia. Bruder Laurensius berkata-kata kepada pasukan, supaya mereka bertempur dengan sepenuh hati dan menjanjikan mereka kemenangan: "Majulah! Kemenangan adalah milik kita," dia berseru. Kemudian, menunggangi seekor kuda dan mengacung-acungkan salibnya, dia memimpin mereka melawan balatentara Turki. Di pertempuran yang ganas tersebut, secara mukjijat dia selamat tanpa celaka sedikitpun. Pasukan Kristen memenangkan pertempuran dan bruder Laurensius dianggap sebagai pahlawan. Salibnya yang dianggap telah membantu mereka, nantinya dihormati sebagai relikwi. Laurensius dari Brindisi adalah satu-satunya doktor Gereja yang telah memimpin suatu balatentara di medan perang.

Beliau dilahirkan di Brindisi pada tahun 1559 dengan nama Giulio Cesare de Rossi. Dia dididik oleh kaum biarawan Franciscan di Brindisi dan juga di Venisia. Dia bergabung dengan kaum Kapucin dari tarekat Fransiscan pada umur 16 tahun, dan mengambil nama Laurensius (Italia: Lorenzo). Reformasi dalam tubuh Kapucin dimulai tahun 1526, dan merupakan suatu usaha untuk mengembalikan tarekat tersebut ke pada tingkat hidup membiara yang lebih ketat, seperti pada jaman Santo Franciscus. Keketatan hidup dan devosinya membuat mereka menjadi salah satu komunitas religius yang paling penting dalam reaksi Gereja Katolik terhadap bangkitnya Protestanisme, yang kita kenal dengan gerakan Kontra-Reformasi. Cara hidup dan iman bruder Laurensius adalah suatu kesaksian yang bagus bagi gerakan ini dan juga menjadi teladan bagi gerakan-gerakan reformasi dalam tubuh Gereja Katolik pada masa itu.
Bruder Laurensius dikirim ke universitas di Padua untuk melanjutkan studi teologi dan filsafat. Disinilah otaknya yang cemerlang membuatnya fasih berbicara dalam berbagai bahasa, baik bahasa kuno maupun modern, termasuk diantaranya bahasa Ibrani dan dialek Siria. Ditahbiskan sebagai imam pada tahun 1582, dia menghabiskan waktu tujuh tahun sebagai pengajar teologi dan pembimbing kaum novis sebelum menjabat sebagai provinsial Kapucin di Tuscany dan selanjutnya sebagai salah satu anggota dari Dewan Superior dari tarekat Kapucin. Adalah pada masa ini (1596-1602) Laurensius diminta untuk melakukan perjalanan melewati pegunungan Alpen untuk membangun rumah-rumah religius baru, dan mentobatkan para pendukung Protestan, dan akhirnya nanti melayani kebutuhan rohani para tentara. Reputasinya yang baik dalam melakukan tugas-tugas ini membuatnya terpilih menjadi sekretaris jendral Kapucin pada tahun 1602.
Bakat-bakat Laurensius sebagai ahli bahasa, pewarta, administrator, dan diplomat diakui oleh sederetan Paus-paus dan juga oleh banyak penguasa di daratan Eropa. Dia berkelana ke seluruh pelosok Eropa, berjalan dengan tanpa alas kaki di tengah hujan dan salju. Setelah dia menolak untuk menjabat untuk masa kedua kalinya pada tahun 1605, Paus Paulus V mengirimnya sekali lagi ke wilayah Wina dengan mandat untuk mentobatkan kaum bidaah. Disini dia terlibat dalam perdebatan dengan teolog Lutheran yang bernama Polycarp Leyser dan dia menuliskan karya-karya apologisnya yang terpenting, "Representasi Lutheranisme (Hypotyposis Lutheranismi) pada tahun 1607-1608. Karya ini terdiri dari tiga bagian: kecaman terhadap Luther, bantahan doktrinal terhadap kesesatan Luther, dan tangkisan terhadap pamflet yang ditulis oleh Leyser terhadapnya. Sayangnya, Laurensius terlalu sibuk dengan kegiatannya sebagai diplomat sehingga dia tidak pernah sempat menerbitkan bukunya tersebut.
Baik Kapucin maupun Yesuit semakin terlibat dalam-dalam di tengah-tengah manuver-manuver politik pada masa ini antara Katolik dan Protestan, konflik-konflik yang juga melibatkan ambisi-ambisi politik dan kedinastian. Antara tahun 1609-1618 Laurensius menjalani peran sebagai diplomat bagi Sri Paus, dan terutama sahabat dekatnya, Duke Maximilian dari Bavaria. Mungkin yang paling sukses dari antara karyanya sebagai diplomat adalah mendapatkan dukungan dari Filipus III dari Spanyol bagi Liga Katolik yang diorganisir oleh Maximilian. Liga Katolik ini dibentuk untuk menghadapi Persatuan Injili para Pangeran Protestan (1609-1610).
Lelah oleh segala aktivitas dan perjalanannya, Laurensius akhirnya mengundurkan diri ke Naples pada tahun 1618, namun terpaksa melakukan satu lagi tugas diplomatik yang sulit. Kaum bangsawan di Naples yang mengeluh dibawah tekanan oleh Don Pedro Osuna, penguasa wilayah di Spanyol, meminta Laurensius untuk memohon kepada raja Spanyol untuk menggeser Don Pedro. Dengan secara rahasia, Laurensius melakukan perjalanan ke Madrid dan lalu ke Lisbon untuk bertemu dengan raja. Terjadi negosiasi yang sulit. Don Pedro akhirnya digeser, tetapi Laurensius yang lelah oleh segala perjalanan dan aktivitas diplomatiknya, telah keburu wafat pada tanggal 22 Juli 1619.
Bagi seseorang yang sangat sibuk seperti Laurensius, beliau meninggalkan banyak tulisan-tulisan. Opera Omnia yang terdiri dari 15 volume, diedit oleh kaum Kapucin di Italia, terdiri dari 8514 halaman. Kebanyakan adalah dalam bentuk homili - total 804 jumlahnya, dan sering dikelompokan sesuai dengan tahun liturgi. Laurensius, seperti kawan sejamannya Franciscus de Sales, telah mendapat pendidikan humanistik yang luas. Rasa optimismenya dan penekanan pada kasih Allah diatas segala hal lain mengingatkan pada uskup Jenewa, tetapi tidak ada bukti hubungan antara keduanya. Sesuai dengan aliran Franciscanismenya, apa yang paling menyolok dari imam Kapucin ini adalah devosinya kepada primasi Kristus yang universal dan penekanan pada Maria sebagai Bunda Allah. Karya Laurensius yang paling terkenal adalah yang disebutnya sebagai Mariale, traktat mengenai Maria yang paling terkenal pada jamannya. Mariale terdiri dari 84 homili yang dikelompokan dalam 12 topik. Kontribusi Laurensius yang terpenting terhadap ajaran Kristen adalah 16 homili yang berisi komentari Injil menyangkut perayaan kedatangan malaikat Gabriel terhadap Perawan Maria.
Santo Laurensius Brindisi, doakanlah kami!

Categories:

Leave a Reply

Kalender Liturgi

Artikan situs ini (Translator)

Buku tamu


ShoutMix chat widget

Lokasi Tamu

Mari Berlangganan

GET UPDATE VIA EMAIL
Dapatkan kiriman artikel terbaru langsung ke email anda!
Diciptakan berkat anugerah Allah kepada Tarsisius Angelotti Maria. Diberdayakan oleh Blogger.

Entri Populer

Cari Blog Ini