Lanciano
adalah sebuah kota kecil di pesisir Laut Adriatic di Italia. Lanciano
berarti “tombak”. Menurut tradisi, Santo Longinus, prajurit yang
menikamkan tombaknya ke lambung Yesus hingga mengalir Darah dan Air (Yoh
19:34), berasal dari Lanciano. Longinus bertobat setelah peristiwa
penyaliban dan di kemudian hari wafat sebagai martir demi imannya.
Pada
masa terjadinya mukjizat Ekaristi ini, suatu bidaah (ajaran sesat)
menyebar dalam Gereja menentang ajaran tentang Kehadiran Nyata Yesus
Kristus dalam Ekaristi. Dalam hati seorang imam timbul keragu-raguan dan
keragu-raguannya itu semakin lama semakin kuat. Suatu pagi, saat
Konsekrasi dalam perayaan Misa, tubuhnya gemetar dan berguncang hebat.
Di hadapan umat, ia menunjukkan apa yang telah terjadi.
Hosti telah berubah menjadi Daging dan anggur menjadi Darah!
Mukjizat
ini terjadi hampir 1300 tahun yang silam dan berlangsung hingga kini.
Sekitar tahun 1970-an dilakukan penelitian dan hasilnya membuktikan
bahwa daging tersebut adalah jaringan jantung manusia dan darahnya
adalah darah manusia, keduanya memiliki golongan darah AB. Darah
memiliki karakteristik darah hidup dan tidak diketemukan adanya bahan
pengawet atau sejenisnya, baik dalam daging maupun dalam darah. Kami
merenungkan mukjizat Lanciano dengan Kitab Suci:
Maka kata Yesus kepada mereka: “Aku
berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak
Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu.
Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang
kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman.” (Yoh 6:53-54)
Bangkitkanlah
dalam diri kami rasa lapar dan haus akan santapan Ekaristi-Mu, ya
Kristus, agar dengan mengikuti-Mu dan mencicipi roti surgawi-Mu, kami
boleh datang untuk menikmati kehidupan kekal.
Pasa
masa terjadinya Mukjizat Ekaristi ini, adalah seorang wanita Yahudi
yang amat benci pada Gereja Katolik. Gereja St. Anna, dulunya adalah
sebuah sinagoga, tetapi kini telah menjadi Gereja Katolik di mana
orang-orang Yahudi yang telah bertobat bersembah bakti kepada Tuhan.
Hari Kamis Putih, yaitu malam ditetapkannya Sakramen Ekaristi, adalah
malam terjadinya mukjizat.
Wanita
Yahudi berhasil membujuk seorang wanita Katolik yang murtad untuk
membawakan baginya sekeping Hosti yang telah dikonsekrasikan. Setelah
menerima Komuni Kudus, wanita itu tidak menyantap Hosti, melainkan
membawanya kepada si wanita Yahudi guna mendapatkan imbalan sejumlah
uang. Si wanita Yahudi kemudian pergi ke tungku dapur dan menjerangkan
periuk yang telah diisinya dengan minyak. Ketika minyak dalam periuk
mendidih, ia melemparkan Hosti Kudus ke dalamnya. Wanita itu sangat
terkejut ketika Hosti berubah menjadi daging dan mulai mengeluarkan
banjir darah.
Wanita
Yahudi itu amat ketakutan sementara darah terus membanjir hingga
meluber ke luar periuk. Para tetangga berdatangan untuk melihat mengapa
ia berteriak-teriak, maka ia menceritakan kepada mereka apa yang telah
terjadi. Beberapa wanita bergegas melaporkannya kepada imam yang segera
datang dan melihat darah yang membanjir. Imam mengambil daging dari
periuk dan membawanya ke Katedral Trani. Sebuah monstran perak berhias
indah dirancang khusus bagi Kristus. Di tengah monstran ditempatkan dua
bagian kecil dari Hosti yang tergoreng. Warna sebagian besar Hosti
adalah coklat tua dan Hosti yang tercelup darah itu tidak mengalami
kerusakan. Hosti disimpan dengan hormat serta dapat dilihat di katedral.
Selama
berabad-abad dilakukan penyelidikan serta analisa terhadap Mukjizat
Ekaristi ini. Pada tahun 1384, Paus Urbanus VI mengunjungi Trani dan
menyatakan bahwa Hosti secara ajaib tidak mengalami kerusakan. Suatu
pengakuan mengagumkan atas Kehadiran Nyata Yesus dalam Ekaristi.
Mukjizat
ini terjadi di Gereja St. Maria dari Ford di Ferrara, Italia lebih dari
800 tahun yang silam. Mukjizat terjadi pada Hari Minggu Paskah pada
saat Konsekrasi. Ketika Hosti dipecah menjadi dua bagian, semua yang
hadir terkejut melihat cucuran darah muncrat dari Hosti. Darah yang
memancar demikian banyak hingga memercik ke dalam kubah setengah
lingkaran yang berada di belakang dan di atas altar. Tidak saja para
saksi mata melihat darah, mereka juga melihat Hosti telah berubah
menjadi daging.
Uskup
Ferrara dan Uskup Agung Gherardo dari Ravenna datang serta menyaksikan
darah dan Hosti yang telah menjadi daging. Mereka menyatakan bahwa darah
dan Hosti adalah sungguh Tubuh dan Darah Yesus Kristus. Paus Eugenius
IV dan Paus Benediktus XIV mengakui mukjizat ini. Paus Pius IX
mengunjunginya pada tahun 1858 dan mengenali tetesan-tetesan darahnya
serupa dengan tetesan darah dalam Mukjizat Orvieto dan Bolsena.
Mukjizat
ini terjadi ketika seorang wanita ingin menyimpan Hosti yang telah
dikonsekrasikan dalam rumahnya. Suatu pagi, ia menerima Ekaristi, tetapi
tidak menyantapnya. Ia membawa pulang Hosti dan menempatkannya dalam
segel, menjadikannya suatu reliqui sederhana. Ia menyimpan Tubuh Kristus
di rumahnya selama lima tahun, tetapi lama-kelamaan timbul perasaan
bersalah hingga akhirnya ia mengatakannya kepada pastor paroki.
Pastor
Berthold, imam setempat, terperanjat ketika membuka segel reliqui.
Dialah yang pertama melihat bahwa Hosti telah berubah menjadi sesuatu
yang tampak seperti daging dengan lapisan-lapisan merah yang nampak
jelas. Imam mendiskusikan masalah ini panjang lebar dan memutuskan bahwa
mereka akan dapat mengidentifikasikannya dengan lebih baik jika daging
dibagi menjadi dua bagian. Mereka keheranan ketika mendapati bahwa
daging tidak dapat dibagi karena disatukan oleh pembuluh-pembuluh darah
yang seperti benang. Diyakini kemudian bahwa daging tersebut adalah
daging Tuhan kita Yesus Kristus.
Uskup
Udalskolk dengan seksama meneliti mukjizat tersebut dan memerintahkan
agar mukjizat Hosti ditempatkan kembali ke dalam segel reliquinya semula
untuk dipindahkan ke katedral.
Mukjizat
Hosti dan segelnya kemudian ditempatkan dalam suatu wadah kristal dan
disimpan dalam kaca. Hosti tetap dalam keadaan semula hingga hampir 800
tahun.
Setiap
tahun pada tanggal 11 Mei, pada perayaan Fest des Wunderbarlichen,
yaitu Pesta Mukjizat Harta yang Mengagumkan, Hosti dihormati dengan
perayaan Misa yang khidmat dan pakaian liturgi khusus.
Ya
Kristus, berilah kami rahmat untuk memahami lebih baik serta membagikan
kebenaran akan Kehadiran-Mu yang Nyata dalam Ekaristi. “Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran.” (Yoh 17:17).
Seorang
pemudi, yang tertarik pada seorang pemuda, diminta untuk membawa
sekeping Hosti yang telah dikonsekrir agar dapat dibuatkan ramuan cinta.
Sang pemudi menerima Komuni dan berjalan pulang ke rumah, tetapi karena
merasa bersalah ia menyembunyikan Kristus di suatu pojok rumah.
Beberapa
hari kemudian, ia datang dan mendapati bahwa Hosti telah berubah warna
seperti daging. Imam paroki segera diberitahu dan ia membawa Hosti
kepada Uskup. Bapa Uskup menulis surat kepada Paus Gregorius IX yang
isinya:
“Kita
patut menyampaikan puji syukur sedalam-dalamnya kepada Dia yang,
sementara senantiasa menyelenggarakan segala karya-Nya dengan cara-cara
yang mengagumkan, pada kesempatan-kesempatan tertentu juga mengadakan
mukjizat-mukjizat dan melakukan hal-hal menakjubkan agar para pendosa
menyesali dosa-dosa mereka, mempertobatkan yang jahat, dan mematahkan
kuasa bidaah sesat dengan memperteguh iman Gereja Katolik, menopang
pengharapan-pengharapannya serta mendorong amal kasihnya.
Oleh
sebab itu, saudaraku terkasih, dengan surat Apostolik ini, kami
menyarankan agar engkau memberikan penitensi yang lebih ringan kepada
gadis tersebut, yang menurut pendapat kami, dalam melakukan dosa yang
teramat serius itu, lebih terdorong oleh kelemahan daripada kejahatan,
terutama dengan mempertimbangkan kenyataan bahwa ia sungguh menyesal
setulus hati ketika mengakukan dosanya. Namun demikian, terhadap wanita
yang menghasutnya, yang dengan kejahatannya mendorong si gadis untuk
melakukan dosa sakrilegi, perlu dikenakan hukuman disipliner yang
menurutmu lebih pantas; juga memerintahkannya untuk mengunjungi semua
Uskup di wilayah terdekat, guna mengakukan dosa-dosanya kepada mereka
dan mohon pengampunan dengan ketaatan yang tulus …”
Mukjizat
Hosti dipertontonkan dua kali setahun, yaitu pada hari Minggu pertama
sesudah Paskah dan hari Minggu pertama sesudah Pentakosta.
Pada
tahun 1960, Uskup Facchini dari Alatri membuka segel tempat Hosti
disimpan dan mengeluarkannya. Uskup menyatakan bahwa Hosti tetap dalam
keadaan sama seperti saat pertama diketemukan, yaitu, sekerat daging
yang tampak sedikit kecoklatan.
Pada tahun 1978, perayaan-perayaan istimewa diselenggarakan untuk memperingati 750 tahun terjadinya mukjizat.
“Akulah
roti hidup. Nenek moyangmu telah makan manna di padang gurun dan mereka
telah mati. Inilah roti yang turun dari sorga: Barangsiapa makan dari
padanya, ia tidak akan mati.” (Yoh 6:48-50)
Kota
di Spanyol ini bukanlah tempat terjadinya mukjizat, melainkan tempat
ditahtakannya mukjizat Ekaristi yang terjadi dalam masa perang antara
Spanyol dan Saracens pada abad ketigabelas.
Seperti
kebiasaan, sebelum maju berperang, keenam komandan Spanyol pergi
menghadiri Misa dan menerima Sakramen Tobat. Di pinggiran kota, mereka
diserang secara tiba-tiba oleh pasukan Saracens. Imam membungkus keenam
Hosti yang telah dikonsekrasikan dengan korporal, lalu menyembunyikannya
sementara pasukan Spanyol membalas serangan Saracens. Setelah
pertempuran yang dimenangkan oleh Spanyol itu usai, imam pergi ke tempat
ia menyembunyikan Hosti dan mendapati bahwa Hosti telah lenyap
meninggalkan enam noda darah di korporal. Rahasia kemenangan mereka
dinyatakan oleh Kristus melalui mukjizat Ekaristi ini.
Masing-masing
komandan menghendaki agar korporal disimpan di kota asalnya. Dari tiga
pilihan, akhirnya dipilihlah kota Daroca. Dua orang komandan tidak
setuju akan keputusan tersebut, maka diusulkanlah suatu jalan keluar.
Korporal akan dimuatkan ke atas punggung seekor keledai Saracen yang
dibiarkan pergi sekehendak hatinya dan tempat di mana keledai itu
berhenti akan menjadi tempat korporal ditahtakan. Sang keledai berhenti
di kota Daroca. Darah di korporal telah dianalisa para ahli dan
dinyatakan sebagai darah manusia.
Ya
Kristus, berilah kami pengertian lebih dalam akan wafat-Mu di salib dan
kemenangan-Mu atas setan seperti kemenangan Spanyol atas Saracens.
Seorang
wanita yang suaminya tidak setia, meminta nasehat dari seorang wanita
tenung. Wanita sihir itu berjanji akan mengubah perilaku suaminya jika
si wanita membawakan baginya sekeping Hosti yang telah dikonsekrasikan.
Ia juga menasehati si wanita untuk berpura-pura sakit agar dapat
menerima Komuni Kudus dalam minggu itu dan segera memberikan Hosti
kepadanya. Si wanita tahu bahwa hal itu dosa. Ia pergi menerima Komuni,
tetapi tidak menyantap Tubuh Kristus. Ia meninggalkan Misa dan dalam
perjalanan menuju tempat wanita tenung, Hosti mulai mengeluarkan darah.
Beberapa orang yang melihat kejadian tersebut menyangka bahwa ia
mengalami pendarahan. Rasa takut menguasai dirinya dan ia pulang ke
rumah, menempatkan Hosti dalam sebuah peti, membungkusnya dengan
saputangan, lalu menutupinya dengan linen yang bersih.
Tengah
malam, ia dan suaminya terbangun oleh suatu sinar cemerlang yang
berasal dari peti, yang menjadikan ruangan mereka terang-benderang. Para
malaikat telah membuka peti dan membebaskan Tuhan. Wanita itu
menceritakan kepada suaminya apa yang telah terjadi dan bahwa dalam peti
terdapat sekeping Hosti yang telah dikonsekrasikan. Berdua mereka
melewatkan sepanjang malam dengan berlutut dalam sembah sujud. Seorang
imam dipanggil. Imam membawa Hosti Kudus kembali ke gereja dan
menyegelnya dalam sebuah segel lilin.
Sembilan
belas tahun kemudian, seorang imam membuka tabernakel dan memperhatikan
bahwa segel telah terbuka sementara Hosti tersimpan dalam sebuah piksis
kristal. Mukjizat ini, 750 tahun kemudian, yaitu pada tahun 1997,
diperingati dengan berbagai perayaan meriah di Santarem.
Kita
mungkin bertanya mengapa Tuhan mengadakan mukizat-mukjizat ini bagi
kita. Mungkin untuk menyatakan betapa Ia sungguh hadir dalam Ekaristi
dan betapa Ia sungguh mengasihi kita. Ia menghendaki agar kita semua,
termasuk juga domba-domba yang hilang, bergabung kembali dalam kawanan.
Ia mengasihi kita, bagaimana pun berdosanya kita. Ia adalah Allah Kasih
dan Belas Kasihan. Dan Ia menghendaki agar kita membagikan Kasih dan
Belas Kasihan itu kepada sesama.
Mukjizat ini
terjadi pada masa suatu ajaran sesat yang disebut Berengarianisme
merajalela di Eropa. Bidaah ini menyangkal Kehadiran Nyata Kristus dalam
Ekaristi. Pada tahun 1263, seorang imam bernama Petrus dari Prague
sedang dalam perjalanan ziarah ke Roma untuk berdoa di makam
pelindungnya, St Petrus, sebab ia menghadapi masalah yang amat serius.
Ia merasakan kebimbangan yang besar mengenai Kehadiran Nyata Yesus dalam
Ekaristi Kudus. Ia berdoa agar santo pelindungnya memohonkan rahmat
baginya guna menyelamatkan imannya yang goyah. Dalam perjalanan, ia
singgah untuk bermalam di suatu kota kecil bernama Bolsena, sekitar 70
mil sebelah utara Roma.
Keesokan
harinya, Pastor Petrus merayakan Misa Kudus di Gereja St Kristina.
Sementara ia mengucapkan kata-kata konsekrasi, “Inilah TubuhKu,” roti di
tangannya berubah rupa menjadi Daging dan mulai mencucurkan darah
dengan derasnya. Darah jatuh menetes ke korporal. Pastor Petrus amat
terperanjat; ia tidak tahu apa yang harus diperbuatnya. Maka, ia
membungkus Hosti Kudus dalam Korporal lalu pergi meninggalkan altar.
Sementara ia berjalan pergi, tetesan-tetesan Darah jatuh ke atas lantai
pualam di altar.
Paus
Urbanus IV sedang berada di kota Orvieto, yang tak jauh dari sana.
Pastor Petrus segera menemui paus guna menceritakan apa yang telah
terjadi. Paus segera mengutus seorang uskup ke Gereja St Kristina guna
menyelidiki peristiwa tersebut dan mengambil Korporal.
Segera
sesudah paus menerima Korporal dari Uskup, ia pergi ke balkon Istana
Kepausan dan dengan hormat mempertontonkan mukjizat Korporal kepada
orang banyak. Bapa Suci menyatakan bahwa mukjizat Ekaristi telah terjadi
guna mengusir bidaah Berengarianisme. Pada saat yang sama, seorang
pengikut St. Yuliana dari Liège
menghubungi paus untuk sekali lagi memohon demi ditetapkannya Hari Raya
Corpus Christi. Setahun kemudian, pada tahun 1264, Paus Urbanus IV
memaklumkan Hari Raya agung ini kepada seluruh Gereja. (Mukjizat
Korporal disimpan hingga kini di Katedral Orvieto. Lantai pualam bernoda
Darah disimpan di Gereja St Kristina di Bolsena).
Cascia adalah sebuah kota kecil di pegunungan di lembah Umbrian, Italia. Itulah kota kediaman St. Rita dari Cascia.
Jenazah St. Rita yang hingga kini masih utuh dibaringkan di Basilika
Utama. Di bawahnya, di Basilika Kecil, disimpan Mukjizat Ekaristi dan
jenazah Beato Simone Fidati, seorang imam yang terlibat langsung dalam
mukjizat tersebut.
Pada
masa terjadinya mukjizat, seorang imam tak lagi memiliki rasa hormat
terhadap Ekaristi. Ketika diminta untuk mengantarkan Sakramen Mahakudus
kepada seorang petani yang sedang sakit, ia mengambil sekeping Hosti
yang telah dikonsekrasikan, menempatkannya dengan sembarangan di antara
halaman-halaman buku breviary, lalu berangkat. Ketika ia membuka
bukunya, ia mendapati bahwa Hosti telah berubah warna merah darah segar
dan darah meresap ke kedua halaman buku di mana Hosti diselipkan.
Imam
tersebut kemudian mohon nasehat Beato Simone Fidati, seorang imam yang
kudus dan dihormati pada masa itu. Pastor Fidati menerima pengakuan sang
imam dan memberinya absolusi. Beato Fidati mengambil kedua halaman dari
breviary itu; satu ditempatkannya di tabernakel di Perugia dan satunya
lagi ditempatkannya di Cascia. Mukjizat Ekaristi ini diperingati secara
istimewa di Cascia setiap tahun pada Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus.
Orang-orang yang melihat ke halaman yang ternoda darah itu dapat melihat gambar Kristus tertera di sana.
Ya Kristus, berilah kami rahmat agar dapat melihat Engkau dalam Ekaristi dan mengenali-Mu pada saat pemecahan roti.
Seorang
imam mengunjungi seorang penduduk desa yang sedang sakit. Ia membawa
bersamanya sekeping Hosti dalam siborium dan meletakkan siborium di atas
meja, sementara ia pergi ke kamar lain untuk berbicara dengan si sakit
dan keluarganya. Seseorang yang berada dalam keadaan dosa berat membuka
tutup siborium, memegang Hosti, lalu mengangkatnya. Seketika itu juga,
Hosti mulai berdarah. Imam memasuki ruangan dan ia amat terperanjat
melihat Hosti yang berdarah.
Imam
membawa kembali Hosti yang berdarah itu kepada kepala parokinya yang
menasehatinya untuk membawa Mukjizat Ekaristi itu ke gereja biara para
biarawati Cistercian di Herkenrode yang berjarak sekitar 30 mil jauhnya.
Begitu
imam tiba di altar biara dan menempatkan Hosti di atas altar, suatu
penglihatan akan Kristus bermahkotakan duri nampak kepada semua imam
yang hadir. Oleh karena mukjizat Ekaristi dan penglihatan itu, segera
saja Herkenrode berubah menjadi tempat ziarah yang terkenal di Belgia.
Pada
tahun 1804, Hosti dibawa ke Gereja di San Quentin di Hasselt, di mana
mukjizat Hosti yang terjadi pada tahun 1317 itu masih tetap dalam
keadaan seperti semula.
Blanot,
suatu dusun pertanian kecil, tidak pernah digambarkan dalam peta-peta
Perancis. Orang-orang Perancis yang meninggalkan Paris dan wilayah utara
untuk menikmati matahari pantai selatan akan melewatinya dari tahun ke
tahun tanpa pernah mengetahui keberadaan Blanot.
Namun
demikian, dusun kecil ini dipilih Tuhan untuk menyatakan mukjizat-Nya -
mukjizat Ekaristi. Pada tahun 1331 penduduk desa berdatangan dengan
berjalan kaki atau dengan mengendarai kuda untuk merayakan Misa Paskah.
Gereja kecil mereka dipadati umat beriman dan Misa pun dimulai.
Kesedihan Masa Prapaskah telah berlalu dan umat Kristiani di seluruh
dunia merayakan sukacita Kebangkitan Yesus. Dapat dibayangkan bagaimana
bunga-bunga liar yang indah di desa itu telah dikumpulkan dan dirangkai
menghiasi gereja untuk perayaan meriah pagi itu.
“Yesus Kristus telah Bangkit - Alleluia!”
Sementara
imam mempersiapkan Hosti, para putera altar membentangkan kain putih
panjang guna meyakinkan bahwa Hosti Kudus tidak terjatuh di lantai. Umat
maju ke altar, sebagian dengan tangan bersilang di dada dan sebagian
lainnya membuka mulut mereka untuk menerima Hosti. Seorang wanita,
dengan sedikit tergesa dan canggung, menutup mulutnya terlalu cepat
sehingga secuil kecil Hosti jatuh ke atas kain putih. Para putera altar
amat terperanjat ketika serpihan kecil Roti berubah menjadi suatu
tetesan berwarna merah!
Segera
sesudah umat terakhir menyambut Kristus, para putera altar bergegas
memberitahukan kepada imam apa yang telah terjadi. Imam menyisihkan kain
itu dan mencucinya dalam air bersih beberapa kali, tetapi, meskipun air
berubah warna menjadi merah, bekas tetesan terus muncul dan semakin
membesar. Bekas itu tidak mau hilang. Imam kemudian sadar bahwa Darah
tidak akan mungkin dihapuskan dari kain, maka ia menggunting bagian yang
ternoda Darah dan menempatkannya dalam sebuah mostrans.
Berita
tentang mukjizat ini berkembang amat cepat dan pada hari Minggu,
limabelas hari sesudah paskah, Uskup Autun dari keuskupan terdekat,
datang ke Blanot disertai serombongan imam untuk menyelidiki kasus
tersebut. Di akhir penelitian, tim sepakat dengan suara bulat bahwa
suatu mukjizat telah terjadi. Tahun berikutnya, Paus Yohanes memberikan
indulgensi khusus bagi mereka yang merayakan Misa di gereja kecil
Blanot. Para peziarah dari tempat-tempat yang jauh berdatangan ke
Blanot. Kain di simpan dalam gereja sebagai tanda nyata akan kasih
Allah. Di kemudian hari, kain dipotong dan reliqui kecil yang berharga
itu ditempatkan dalam sebuah botol kristal. Meskipun harus melewati dua
kali masa perang dunia, reliqui tersebut tidak pernah meninggalkan
Blanot. Dalam masa-masa kesesakan - reliqui dihantar dari rumah ke rumah
- dan dari waktu ke waktu dipergunakan untuk menyembuhkan mereka yang
sakit. Dalam masa-masa tenang, reliqui dihantar kembali ke rumahnya yang
pantas dalam dinding gereja dan di sanalah ia berada hingga saat ini
bagi para peziarah yang datang dari seluruh penjuru dunia untuk
menyaksikan serta bersembah sujud di hadapannya.
Mukjizat
ini terjadi pada tahun 1333 di Bologna, Italia karena seorang gadis
remaja saleh yang berumur sebelas tahun memiliki kerinduan yang
berkobar-kobar untuk menyambut Kristus dalam Ekaristi.
Imelda
Lambertini dilahirkan dalam sebuah keluarga kaya. Ayahnya adalah Count
Eagno Lambertini. Imelda bergabung dalam Biara Dominikan ketika usianya
baru sembilan tahun. Ia disayangi oleh para biarawati lainnya. Dalam
usia yang masih sangat muda, Imelda memiliki cinta yang menyala-nyala
kepada Yesus dalam Ekaristi dan karenanya sungguh rindu menyambut-Nya
dalam Komuni Kudus. Tetapi, hal itu tidak mungkin baginya karena usianya
belum cukup untuk dapat menerima Komuni.
Tuhan
mengaruniakan kepadanya suatu anugerah istimewa pada Pesta Kenaikan
Yesus ke Surga pada tahun 1333. Sementara ia berdoa, sebuah Hosti tampak
melayang-layang di udara di hadapannya. Imam segera dipanggil dan ia
memberikan kepada Imelda Komuni Kudusnya. Imelda mengalami ekstasi dan
tidak pernah bangun kembali. Ia wafat saat menyambut Komuni Kudusnya
yang Pertama!
Devosi
kepada Beata Imelda pun dimulai dan pada awal tahun 1900-an suatu
komunitas Dominikan dibentuk dengan nama Suster-suster Dominikan dari
Beata Imelda. Para biarawati ini berjuang keras menyebarluaskan cinta
dan devosi kepada Ekaristi serta menggalakkan Adorasi Abadi. Jenasah
Beata Imelda yang tetap utuh hingga kini dibaringkan di Gereja San
Sigismondo dekat Universitas Bologna. Paus St. Pius X memaklumkan Imelda
sebagai Pelindung Para Penerima Komuni Pertama.
Ya
Kristus, biarkan kami mati setiap hari bagi-Mu dan menyambut Engkau
dalam Ekaristi seakan-akan itulah komuni kami yang terakhir. Jadikan
kami pula seperti anak-anak kecil, dengan cinta yang polos dan
kepercayaan penuh akan cinta dan belas kasihan-Mu.
Hanya
sedikit catatan yang ada mengenai mukjizat Ekaristi ini, tetapi
kisahnya yang ditulis di atas sebuah perkamen dari abad ke-14 masih ada
hingga sekarang.
Mukjizat ini berkenaan dengan perdebatan yang berlangsung beberapa abad sebelumnya dan yang ditulis oleh St. Thomas Aquinas;
yaitu, apakah Kristus tetap hadir sama dalam setiap bagian Hosti yang
telah dikonsekrasikan setelah Hosti dipecah-pecahkan oleh imam, yang
kemudian memasukkan sepotong kecil Hosti Kudus ke dalam piala berisi
anggur yang telah dikonsekrasikan.
Mukjizat
terjadi setelah imam memecahkan sebuah Hosti besar. Darah mulai
memancar dari Hosti ke dalam piala dan membasahi korporal serta kain
altar. Imam kemudian pergi kepada uskup yang mengesahkan peristiwa
mukjizat ini. Korporal dengan Darah Kristus dihormati setiap tahun di
Macareta pada hari Minggu sesudah Pentakosta. Kini reliqui disimpan di
bawah altar Katedral Macerata.
Doa: Ya Kristus, kami ingat akan sabda-Mu dalam Yohanes
6:35: “Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan
lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.”
Pada
tahun 1374, seorang pemuda dengan dosa berat dalam jiwanya pergi
menyambut Komuni Kudus. Ketika Hosti ditempatkan di atas lidahnya, Hosti
berubah menjadi Daging sehingga ia tak dapat menelannya. Darah menetes
dari bibirnya dan membasahi kain pada rel komuni. Imam bertindak cepat
dengan mengambil Hosti Kudus serta menempatkannya dalam sebuah piala di
altar.
Berita
mengenai mukjizat ini tersebar keseluruh penjuru Belgia dan mukjizat
Hosti dipindahkan 700 mil jauhnya ke Cologne. Sebuah ostensorium berhias
indah dibuat. Sebagian Hosti dan sepotong kain dengan noda darah
kemudian dibawa ke Louvain di mana telah dipersiapkan sebuah wadah
reliqui yang indah.
Bagian
mukjizat Ekaristi yang disimpan di Louvain berwarna agak kecoklatan dan
dapat dikenali dengan mudah sebagai daging. Reliqui disimpan dalam
sebuah wadah reliqui yang dibuat pada tahun 1803. Dokumen-dokumen
penting dan hasil penelitian terhadap reliqui disimpan dalam
perpustakaan Gereja St. Jacques.
Mukjizat
terjadi di Boxtel, Belanda, sekitar tahun 1379 di Gereja St. Petrus.
Pada saat Konsekrasi, imam - Pastor Van der Aker - kehilangan
keseimbangan dan menumpahkan isi piala ke atas korporal dan kain altar.
Karena alasan yang tidak diketahui, imam mempergunakan anggur putih
dalam Misa tersebut, tetapi yang tampak di atas korporal dan kain altar
adalah cairan berwarna merah darah!
Setelah
Misa usai, imam bergegas ke sakristi untuk mencuci korporal dan kain
altar. Ia berusaha menghilangkan noda darah. Namun demikian, berbagai
usaha yang dilakukannya tidak membuahkan hasil. Pastor Van der Aker lalu
menempatkan kain dalam sebuah piala kecil dan menyembunyikannya.
Menjelang ajalnya, imam mengaku kepada bapa pengakuannya dan menunjukkan
di mana ia telah menyembunyikan korporal dan kain altar yang kudus itu,
masih dengan noda darah merah yang tertumpah atasnya.
Pastor
Van der Aker meninggal dunia pada tahun 1379, dan pada tahun 1380
Kardinal Pileo memaklumkan agar setiap tahun sekali, yaitu pada tanggal
25 Juni reliqui Darah Mahasuci ditahtakan.
Pada
tahun 1652, korporal dan kain altar dengan Darah Mahasuci dipindahkan
ke Hoogstraten, di perbatasan Belgia. Pada tahun 1924, korporal kudus
dikembalikan ke Boxtel, tetapi kain altar tetap disimpan di Hoogstraten.
Bahkan hingga kini masih diadakan perarakan mukjizat Ekaristi di Boxtel
pada Hari Raya Tritunggal Mahakudus. Umat tidak pernah ragu lagi dalam
iman mereka akan kehadiran nyata Kristus dalam Ekaristi.
Mukjizat
Ekaristi ini terjadi di sebuah kota kecil di Italia bernama Bagno di
Romagna ketika seorang imam merayakan Misa dengan dihantui keragu-raguan
yang besar akan Kehadiran Nyata Kristus dalam Ekaristi. Setelah
mengkonsekrasikan anggur, imam melihat ke dalam piala dan amat terkejut
melihat bahwa anggur telah berubah menjadi darah. Darah mulai meluap
keluar dari piala dan membasahi korporal. Terguncang oleh peristiwa
adikodrati ini, imam segera berdoa mohon pengampunan. Kelak, ia bahkan
digelari Venerabilis karena kesalehan hidupnya setelah terjadinya
mukjizat.
Pada
tahun 1912, ulang tahun ke-500 mukjizat Ekaristi, suatu perayaan besar
diselenggarakan. Pada tahun 1958, dilakukan penelitian ilmiah yang
hasilnya menguatkan bahwa darah di korporal adalah darah manusia dan
masih mengandung karakteristik darah setelah hampir 600 tahun sesudah
mukjizat terjadi.
Mungkin
mukjizat Darah yang meluap hendak menunjukkan kepada kita bahwa Yesus
sungguh hadir dalam Ekaristi. Mari merenungkan bagaimana seharusnya kita
berubah setelah menyambut Yesus dengan mengijinkan-Nya tinggal dalam
kita dan mengisi kita dengan kuasa Roh Kudus.
Mukjizat unik ini tidak menyangkut Hosti Kudus yang berubah rupa menjadi daging atau memancarkan darah, melainkan Hosti yang melawan hukum
gravitasi. Mukjizat terjadi setelah pecahnya Reformasi dan semangat
umat beriman semakin mengendor. Pada tahun 1608, pada Hari Raya
Pentakosta, tanggal 25 Mei, gereja dipadati umat dan saat senja tiba,
dua lampu minyak dibiarkan menyala di depan Sakramen Mahakudus yang
ditahtakan sepanjang malam dalam sebuah monstran.
Keesokan
harinya, seorang petugas sakristi membuka pintu-pintu gereja. Ia
melihat asap dan menyadari bahwa telah terjadi kebakaran. Segala daya
upaya dilakukan guna memadamkan api; terlihat bahwa monstran
melayang-layang di udara. Berita mulai tersebar dan banyak orang percaya
maupun mereka yang skeptis datang untuk menyaksikan peristiwa ini. Para
imam bergantian mempersembahkan Misa Kudus sementara semakin banyak
orang yang datang untuk menyaksikan mukjizat. Pada pagi hari Selasa, 27
Mei, dalam Perayaan Misa, saat Konsekrasi, Hosti Kudus turun ke atas
altar yang dibawa ke dalam Gereja untuk menggantikan altar lama yang
musnah dimakan api.
Penyelidikan
pun dilakukan dan 54 surat pernyataan berisi kesaksian berhasil
dikumpulkan dari para imam, biarawan, petani serta penduduk desa. Pada
tanggal 30 Juli 1608, Uskup Agung menyatakan peristiwa tersebut sebagai
mukjizat.
Yang
menarik adalah kenyataan bahwa altar, taplak altar, dan segala
peralatan lainnya musnah, juga sebuah kandelar didapati meleleh karena
panasnya api. Namun demikian, monstran tetap utuh. Pernyataan-pernyataan
para saksi di bawah sumpah masih disimpan hingga kini dalam gereja.
Sebuah prasasti marmer dipasang di bawah lokasi di mana Hosti melayang
dengan tulisan berikut diukir di atasnya: “Lieu Du Miracle” yang artinya
“Tempat terjadinya Mukjizat.”
Mukjizat
Ekaristi ini terjadi pada akhir pekan Pesta Santa Perawan Maria
Diangkat ke Surga, di kota Siena, Italia, pada tahun 1730. Siena adalah
sebuah kota yang menawan, yang terkenal karena sejarah seni dan
kebudayaannya, dan juga karena di kota itulah St. Katarina dan St. Bernardinus dari Siena dilahirkan.
Para
pencuri berhasil masuk ke dalam gereja dan mencuri siborium emas yang
berisi 351 Hosti yang telah dikonsekrir. Ketika para petinggi Gereja
menyadari apa yang telah terjadi, segala kegiatan pada hari itu
dihentikan dan doa-doa pun dipanjatkan demi kembalinya Hosti Kudus
dengan selamat. Tiga hari kemudian, Hosti Kudus didapati muncul dari
kotak dana gereja bagi orang-orang miskin dan jumlahnya masih utuh.
Hosti
yang adalah Kristus dibersihkan dan kemudian diarak perlahan kembali ke
gereja di mana dihaturkan sembah sujud. Hosti Kudus tidak disantap pada
waktu itu. Tahun-tahun berlalu dan secara periodik Hosti disantap dan
senantiasa didapati dalam keadaan baru.
Pada
tahun 1850, uskup memerintahkan dilakukan pengujian yang hasilnya
menguatkan bahwa Hosti masih dalam keadaan baru. Mereka juga melakukan
pengujian yang sama atas hosti-hosti yang tidak dikonsekrasikan, yang
ditempatkan dalam sebuah kotak kedap udara pada tahun 1789, ternyata
didapati hanya sedikit saja yang tersisa.
DOA:
Ya Kristus, ambillah balok dari mata kami! Berilah kami karunia untuk
percaya bahwa Engkau sungguh hadir dalam Ekaristi Kudus, seperti yang
Engkau sabdakan dalam Kitab Suci.
Mukjizat
Ekaristi Pezilla-la-Riviere terjadi pada bulan September 1793,
bertepatan dengan Revolusi Perancis dan dimulainya masa pemerintahan
yang bengis.
Revolusi
dan gelombang anti-Katolik menyebar dengan sangat cepat, dan kaum
religius dikejar-kejar polisi. Dalam Gereja desa terdapat lima Hosti
yang telah dikonsekrasikan; satu Hosti Kudus yang besar dihantar ke
rumah Jean Bonafas, sementara keempat Hosti yang kecil, yang ditempatkan
dalam sebuah piksis, dipercayakan kepada Rose Llorens. Jean menempatkan
Hosti Kudus dalam sebuah kotak kayu serta menyembunyikannya di bawah
lantai rumahnya. Rose menempatkan Hosti Kudus dalam sebuah cawan gelas
bertutup dan kemudian menempatkannya dalam sebuah tas sutera merah.
Hampir
tujuh tahun kemudian, pada hari-hari berakhirnya Revolusi, keempat
Hosti dikeluarkan dari cawan gelas dan suatu segel berwarna coklat tua
terbentuk disekeliling bagian luar cawan. Tujuh hari kemudian, kotak
kayu pun dibuka dan Hosti Kudus yang besar masih terletak di dalam
Monstran, sama indah dan sama putih bersihnya seperti saat ditempatkan
di sana hampir tujuh tahun yang silam. Hosti-hosti Kudus tetap dalam
keadan utuh dan tidak rusak hingga tahun 1930. Pada waktu itu, Hosti
Kudus ditempatkan dalam sebuah tabernakel yang baru dibangun, yang
terletak di belakang altar utama gereja. Karena alasan-alasan yang tak
diketahui, Hosti-Hosti tersebut menjadi rusak dan Kristus dalam mukjizat
tidak lagi hadir.
Setelah
berakhirnya Revolusi Perancis, terjadi pembaharuan semangat iman dan
Bordeaux diberkati dengan lahirnya beberapa komunitas religius baru.
Salah satu di antaranya adalah komunitas Keluarga Kudus dari Bordeaux,
di mana mukjizat Ekaristi ini terjadi.
Imam
yang memimpin Adorasi Sakramen Mahakudus menulis sebuah dokumen resmi
yang menyatakan bahwa ketika mentahtakan Sakramen Mahakudus, ia melihat
kepala, dada dan lengan Sang Juruselamat di tengah suatu lingkaran yang
mengelilingi-Nya bagaikan suatu lukisan berbingkai, tetapi Ia tampak
hidup. Moeder Superior juga menyatakan bahwa ia melihat Yesus, juga
putera altar dan beberapa saksi lain. Berdasarkan laporan dan
penelitian, Uskup Agung Bordeaux memaklumkan pengakuan Gereja. Paus Leo
XII juga segera menegaskan mukjizat dan menetapkan Pesta Keluarga Kudus
untuk mengenangnya.
Setiap
tahun, di biara-biara Kongregasi Keluarga Kudus, diadakan perayaan
menghormati mukjizat Ekaristi ini. Monstran yang dipergunakan pada hari
terjadinya mukjizat senantiasa disimpan di rumah biara di Bordeaux.
Semua
Mukjizat Ekaristi yang lain terjadi beberapa ratus tahun yang silam.
Tetapi, mukjizat yang terjadi dalam Perayaan Misa di Betania, Venezuela,
terjadi pada pesta SP Maria Dikandung Tanpa Dosa pada tahun 1991.
Sekeping Hosti yang telah dikonsekrir, yang adalah sungguh Daging
Kristus, mulai memancarkan darah. Sesudahnya, sebuah tim medis
memastikan bahwa cairan yang memancar dari Hosti Kudus adalah darah
manusia. Uskup setempat memaklumkannya sebagai tanda transsubstansiasi
dengan mengatakan, “Tuhan hendak menyatakan kepada kita bahwa iman kita
akan Hosti yang telah dikonsekrir adalah benar.”
Banyak
peristiwa-peristiwa menakjubkan lainnya terjadi di Betania, termasuk
penampakan-penampakan Bunda Maria yang disaksikan oleh beberapa ribu
orang, berbagai penyembuhan-penyembuhan baik jasmani maupun rohani, dan
seorang mistikus bernama Maria Esperanza yang dianugerahi karunia
stigmata, bilokasi, dan levitasi (= terangkat dan melayang di udara)
saat berdoa. Bapa Uskup sendiri menyaksikan suatu fenomena adikodrati
dan menulis sepucuk surat pastoral yang menyatakan bahwa setelah
penelitian dengan seksama, ia memaklumkan penampakan-penampakan tersebut
sebagai benar dan berasal dari kuasa ilahi.
Kristus
dan Bunda Maria berusaha memberitahukan kepada segenap umat manusia
bahwa kita perlu menyerahkan segala kepercayaan kita kepada Tuhan dan
berkarya demi kerajaan-Nya, dan bukan demi ego kita, demi kebanggaan
kita, dan demi kemuliaan kita sendiri. Kita adalah terang dunia dan
karenanya biarlah sesama melihat kita sebagai terang yang bersinar
cemerlang, sebab kita telah ditebus oleh Darah Yesus Kristus dan
karenanya patutlah kita senantiasa memuliakan Allah di surga!
sumber : “Miracles of the Eucharist” ; The Eucharistic Apostles of The Divine Mercy; www.thedivinemercy.org
Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya”
Categories:
Gereja Katolik,
Misa Kudus,
Renungan - Wawasan